Sebuah kelompok hak asasi manusia ekumenis yang berbasis di India mengatakan penganiayaan terhadap umat Kristen telah meningkat tajam di negara Asia Selatan tersebut tahun ini.
United Christian Forum (UCF) yang berbasis di New Delhi mengatakan pada 7 September bahwa 525 insiden kekerasan dilaporkan di 23 dari 28 negara bagian India hingga Agustus tahun ini dibandingkan dengan 505 insiden tahun lalu.
Bulan Juni merupakan angka tertinggi dengan 89 insiden, kata UCF dalam sebuah pernyataan yang dirilis saat India menjadi tuan rumah KTT G20, termasuk Presiden AS Joe Biden.
“Rakyat India merasa bangga dengan para pemimpin dunia yang datang ke negara kami. Namun, ada orang India yang menghadapi insiden kekerasan karena menjalankan keyakinan mereka,” kata UCF.
Pada Juli, 80 insiden kekerasan terjadi dan angka terendah sebanyak 47 dilaporkan pada Mei, menurut pengamatan UCF.
Negara Bagian Manipur yang dilanda kekerasan sektarian dan banyak tempat yang masih tidak dapat diakses. Negara bagian itu dilanda konflik, di mana suku Kuki beragama Kristen berhadapan dengan komunitas mayoritas Hindu, telah menyaksikan lebih dari 300 gereja dirusak.
Hampir 200 orang tewas dan lebih dari 54.000 orang mengungsi sejak kekerasan itu dimulai pada 3 Mei terkait pemberian status kesukuan kepada komunitas Hindu yang makmur di negara bagian perbukitan itu, yang berbatasan dengan Myanmar, untuk mendapatkan manfaat dari program tindakan afirmatif pemerintah.
Kami sedang menunggu laporan resmi dari instansi pemerintah, kata UCF tentang Manipur.
UCF mengatakan ada 13 distrik di negara bagian tersebut dimana praktik agama Kristen menjadi berbahaya. Bastar di Negara Bagian Chhattisgarh, India tengah, menduduki puncak daftar dengan 51 insiden kekerasan terhadap umat Kristen, diikuti oleh Kondagaon di Chhattisgarh dengan 14 kasus. Chhattisgarh telah memberlakukan undang-undang (UU) anti-konversi secara menyeluruh.
Sebelas negara bagian, sebagian besar diperintah oleh Partai Bharatiya Janata (BJP) pro-Hindu dan dipimpin oleh Perdana Menteri Narendra Modi, telah memberlakukan UU yang kejam, yang sering digunakan untuk menargetkan orang Kristen. Chhattisgarh diperintah oleh partai oposisi.
Hampir 520 orang Kristen telah ditangkap berdasarkan undang-undang anti-konversi sepanjang tahun ini, kata pernyataan itu.
Negara Bagian Uttar Pradesh di utara melaporkan jumlah serangan tertinggi. Negara bagian terpadat ini, di bawah kepemimpinan partainya Modi, melaporkan 211 insiden. Negara bagian telah memberlakukan UU anti-konversi yang ketat.
Azamgarh, Jaunpur, Raebareli, dan Sitapur di Uttar Pradesh masing-masing melaporkan 13 insiden, diikuti oleh Kanpur dengan 12 kasus.
Chhattisgarh, tempat kekerasan skala besar terhadap umat Kristen dimulai pada Desember lalu, menempati posisi kedua, diikuti oleh Haryana, yang dipimpin oleh partainya Modi, dengan 39 insiden.
Dalam banyak kasus, kekerasan dilakukan oleh kelompok main hakim sendiri yang diduga memiliki hubungan dengan BJP.
Hampir 54 kasus pengucilan sosial terjadi di Chhattisgarh dan Negara Bagian Jharkhand. Dalam kebijakan ini, umat Kristiani tidak diberi akses terhadap sumber air. Dalam beberapa kasus, mereka dilarang memanen hasil panen mereka sendiri, sehingga menimbulkan konsekuensi ekonomi yang merugikan.
Ibu kota negara India, New Delhi, juga mengalami insiden kekerasan terhadap umat Kristen dan dalam empat kasus pertemuan doa diganggu oleh kelompok garis keras.
Menurut UCF, insiden kekerasan terhadap umat Kristen meningkat tajam setelah tahun 2014 ketika Modi pertama kali berkuasa.
Pemilu dijadwalkan diadakan tahun depan dan Modi mengincar masa jabatan ketiga berturut-turut.
Sumber: Violence against Indian Christians increases