Pemerintah Indonesia mengumumkan perubahan penggunaan istilah yang merujuk pada Yesus Kristus dalam dokumen resmi dari istilah yang selama ini dipakai, Isa Almasih.
Dalam pengumuman yang disampaikan pada 12 September, Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan, Muhadjir Effendy mengatakan, dalam dokumen resmi, seperti dalam daftar hari libur nasional keagamaan, pemerintah akan menggunakan istilah Yesus Kristus.
“Perubahan nomenklatur atas usulan dari Kementerian Agama,” katanya.
Ia mengatakan, perubahan istilah itu akan dimulai dengan Peraturan Presiden tentang hari libur nasional dan curi bersama pada 2024.
Saiful Rahmat Dasuki, Wakil Menteri Agama mengatakan, perubahan nomenklatur tersebut merupakan usulan dari umat Kristen.
“Ini usulan dari umat Kristen dan Katolik agar nama nomenklatur itu memang diubah ke yang mereka yakini,” katanya.
Dalam kalender resmi, pemerintah menetapkan tiga hari libur nasional yang berkaitan dengan Kekristenan, yaitu pada Natal, Jumat Agung dan Kenaikan, yang selama ini dilekatkan dengan istilah Isa Almasih, yaitu Wafat Isa Almasih dan Kenaikan Isa Almasih.
Pastor Yohanes Jeharut, sekretaris eksekutif Komisi Kerasulan Awam Konferensi Waligereja Indonesia mengatakan kepada UCA News, “pada dasarnya ini tentu saja sesuatu yang baik bagi umat Kristiani.”
“Perubahan ini adalah kewenangan resmi pemerintah. Kami menghormati itu,” katanya.
Pastor Bernardinus Andereas Atawolo, OFM, dosen teologi dogmatik di Sekolah Tinggi Filsafat Driyarkara menyebut kebijakan ini “patut diapresiasi.”
“Nomenklatur ‘Yesus Kristus’ mengandung makna yang lebih dekat di hati umat Kristiani: menunjuk kodrat ilahi seorang Yesus; Ia adalah Kristus, Penyelamat dunia,” katanya.
Fransiskus Borgias, seorang awam dan dosen di Fakultas Filsafat Universitas Parahyangan Bandung mengatakan “ini adalah terobosan yang sangat besar, hebat dan berani.”
“Mengapa? Karena putusan itu mengandaikan beberapa pendasaran teologis yang luar biasa,” katanya.
Ia mengatakan, “pengubahan itu adalah pengakuan akan status Yesus, yang tidak sama dengan Isa dalam tradisi Islam.”
“Walau sering dikatakan bahwa Isa dan Yesus itu sama, sesungguhnya keduanya berbeda. Tidak hanya berbeda secara teologis, melainkan juga sosiologis,” katanya kepada UCA News.
Ia menjelaskan, Yesus adalah anak Maria dan Yosef, dan Maria adalah anak Yoakim dan Anna dan hidup menjelang abad pertama Era Kristus.
“Sedangkan Isa adalah anak Miriam, saudari Musa dan Harun yang sangat jauh jaraknya. Jadi, Isa adalah keponakan Musa, sesuatu yang dalam kronologi Kristiani dan Yahudi, tidak mungkin,” katanya.
Ia menambahkan, Isa, menurut Islam juga “tidak mati di salib, sebab yang mati di salib adalah orang yang diserupakan saja.”
“Padahal menurut Injil-injil dan sejarah extrabiblis, Yesus mati di salib dan pada hari ketiga bangkit dari antara orang mati. Karena Isa tidak mati (di salib), maka tidak bangkit juga,” katanya.
Karena itu, jelasnya, mengganti nomenklatur itu dengan yang baru adalah sebuah langkah tepat “yang menggambarkan paham dan pengalaman iman Kristiani yang berbasiskan Injil.”
Sumber: Indonesia to replace Isa Almasih with Yesus Kristus