UCAN China ucanews.com
UCAN Indonesia

Vatikan menyerukan jaminan kebebasan beragama di Yerusalem

September 21, 2023

Vatikan menyerukan jaminan kebebasan beragama di Yerusalem

Paus Fransiskus dan Patriark Ekumenis Bartholomew I bersama Presiden Israel saat itu Simon Peres dan Presiden Palestina Mahmoud Abbas selama Doa Perdamaian, pada 8 Juni 2014.(Foto: Vatican News)

 

Vatikan menyerukan masyarakat internasional untuk mendesak adanya “undang-undang khusus” yang menjamin kebebasan beragama di Kota Yerusalem dalam setiap perjanjian mengenai kesepakatan damai antara Israel dan Palestina.

Berbicara pada pertemuan tingkat menteri di sela-sela Majelis Umum PBB di New York pada 18 September, Uskup Agung Paul R. Gallagher, menteri luar negeri Vatikan, menyerukan undang-undang khusus di Yerusalem untuk menjamin “persamaan hak dan kewajiban umat beriman” dari tiga agama monoteistik (Kristen, Yahudi dan Muslim), merupakan jaminan mutlak atas kebebasan beragama dan akses beribadah di tempat-tempat suci.”

“Untuk tujuan ini, karakter multi-agama, dimensi spiritual dan identitas unik serta warisan budaya Yerusalem harus dilestarikan dan dipromosikan,” katanya kepada sekelompok menteri luar negeri dari sekitar 50 negara.

Pertemuan tersebut meluncurkan kelompok kerja dari Uni Eropa, Liga Arab dan Yordania untuk menciptakan insentif bagi Israel dan Palestina untuk mencapai kesepakatan damai.

Sebuah pernyataan bersama yang dikeluarkan oleh para peserta setelah pertemuan tersebut mendesak para kontributor “paket pendukung perdamaian” untuk berupaya “memastikan status tempat-tempat suci bersejarah di Yerusalem” yang mencakup peran Yordania dalam mengelola tempat-tempat suci Islam dan Kristen di kota tersebut.

Uskup Agung Gallagher mengatakan penetapan pedoman bagi pemerintahan Yerusalem adalah “titik sentral perselisihan yang perlu diatasi untuk mencapai perdamaian yang stabil dan abadi” antara Israel dan Palestina, dan dia menyesalkan “tindakan intoleransi” di kota tersebut “baru-baru ini dilakukan oleh beberapa ekstremis Yahudi terhadap orang Kristen.”

“Tindakan seperti itu harus dikecam oleh semua pemerintah, pertama dan terutama pemerintah Israel, serta dituntut secara hukum dan pencegahan di masa depan melalui pendidikan persaudaraan,” katanya.

Pada Juli, Presiden Israel Isaac Herzog mengecam kekerasan yang meningkat terhadap orang  Kristen di seluruh negeri itu dan khususnya di Yerusalem, dan menyebut serangan terhadap orang Kristen sebagai “aib yang sesungguhnya.”

“Takhta Suci,” kata Uskup Agung Gallagher dalam pidatonya, “memandang Yerusalem bukan sebagai tempat konfrontasi dan perpecahan, namun sebagai tempat pertemuan di mana umat Kristen, Yahudi dan Muslim dapat hidup bersama dengan rasa hormat dan niat baik bersama.”

Uskup agung tersebut mengingatkan bahwa Paus Fransiskus “telah berulang kali meminta Israel dan Palestina untuk terlibat dalam dialog langsung,” dan presiden Israel dan presiden Palestina bertemu di Vatikan tahun 2014 untuk berdoa bersama bagi perdamaian dan menanam pohon zaitun simbolis di taman Vatikan.

“Bagi saya, sepertinya belum ada lagi pertemuan tingkat tinggi serupa,” katanya.

“Meski begitu, kami terus menyirami pohon zaitun itu, menunggu presiden kedua negara itu, didampingi pemerintah masing-masing, datang lagi untuk memetik buah perdamaian.”

Sumber: Vatican calls for ensuring religious freedom in Jerusalem

 

Jangan lewatkan

Dapatkan info terbaru secara gratis lewat newsletter UCAN Indonesia disini

Podcasts
Donation
© UCAN Indonesia 2023. | Kontak | Tentang | Syarat dan Ketentuan | Privasi