Asosiasi Pers Katolik India (ICPA) memberikan penghargaan kepada tiga jurnalis atas kontribusi mereka yang luar biasa terhadap jurnalisme pada perayaan ulang tahun berlian (75 tahun) yang ditutup pada 23 September.
Jose Kavi, pendiri sekaligus editor Matters India, sebuah portal berita online, dianugerahi Penghargaan Pastor Louis Careno atas keunggulan dalam jurnalisme pada acara tiga hari di Negara Bagian Kerala, selatan India.
Kavi meluncurkan Matters India 11 tahun lalu setelah ia bekerja selama seperempat abad di Union of Catholic Asian News (UCAN).
Suster Robancy Helan dianugerahi Penghargaan Reportase Terbaik dari Konferensi Waligereja India pada acara yang diadakan di Ashirbhavan, Pusat Pastoral Keuskupan Agung Verapoly, di Distrik Ernakulam.
Penghargaan Swamy Devenanda Chakkungal, yang diadakan oleh Tarekat SVD, diberikan kepada Joseph Gathia atas kontribusinya pada sastra dan bahasa Hindi, yang dituturkan oleh sebagian besar warga India.
Kavi “berperan penting dalam memprofesionalkan kantor berita berbasis Gereja di India, terutama pada saat orang belum mengetahui masa depan media digital,” kata ketua ICPA, Ignatius Gonsalves.
Masa depan media Gereja bergantung pada jurnalis muda dan pemberdayaan mereka, kata Uskup Bellary, Mgr. Henri D’Souza, penasihat ICPA.
Kavi berperan penting dalam melatih lebih dari 250 profesional media dan memprofesionalkan jurnalisme Gereja di India.
Banyak dari mereka mendekati Kavi untuk melakukan “jurnalisme nyata,” kata salah satu awak media (nama dirahasiakan) yang bekerja dengan Kavi.
Berbicara tentang karir jurnalismenya selama 41 tahun, Kavi mengatakan kepada hadirin, “Meskipun saya berterima kasih kepada beberapa orang atas pertumbuhan saya sebagai jurnalis profesional dalam jurnalisme Kristen, istri sayalah yang menasihati saya untuk menganggapnya sebagai sebuah misi dan bukan sebuah pekerjaan.”
Mengingat hubungannya dengan Pastor Bob Astorino, direktur dan pendiri UCAN, Kavi berterima kasih kepada imam Maryknoll itu yang menyuruhnya “keluar dan mengotori tangan [Anda] untuk menceritakan kisah-kisah yang berbau orang.”
Berasal dari Tamil Nadu bagian selatan, laporan Suster Helan membahas isu-isu hangat yang dihadapi umat Kristiani dari lapisan masyarakat bawah, yang disebut Dalit, kelompok yang dulunya tak tersentuh ini berjumlah hampir 60 persen dari 26 juta umat Kristen di India.
Namun, karena hubungan mereka di masa lalu dengan agama Hindu yang sarat kasta, mereka didiskriminasi sepanjang hidup mereka. Perpindahan mereka ke agama Kristen hampir tidak meningkatkan status sosial dan budaya mereka.
Laporannya, yang juga menyoroti penderitaan perempuan Kristen Dalit, muncul di banyak publikasi internasional, termasuk Global Sisters Report.
Suster Helan dari Kongregasi St. Maria Magnificat “melakukan pekerjaan yang baik dalam menyoroti penderitaan kaum Dalit yang menghadapi diskriminasi,” kata ICPA pada acara tersebut.
“Jurnalis dipanggil untuk menyampaikan kebenaran kepada mereka yang tidak berdaya melawan mereka yang berkuasa,” kata Hakim Devan Ramachandran dari Pengadilan Tinggi Kerala, saat berpidato di pertemuan tersebut.
Biarkan “orang-orang yang berkuasa mengetahui kebenaran yang ingin mereka sembunyikan,” kata Hakim Ramachandran.
Peringkat kebebasan pers di India terus menurun tanpa henti selama sembilan tahun terakhir.
Komite Perlindungan Jurnalis yang berbasis di New York, sebuah organisasi independen, menyebut negara Asia Selatan ini sebagai salah satu tempat paling “berbahaya” bagi jurnalis.
Hakim Ramachandran mendesak awak media “untuk melakukan introspeksi dan mencari tahu apakah mereka aktif dalam mencari kebenaran.”
Sumber: Three get Indian Catholic press awards