Ketika Kantor Hak Asasi Manusia (HAM) PBB mengecam penggunaan serangan udara yang meningkat dan tembakan artileri untuk melakukan pembunuhan massal di Myanmar, seorang uskup Katolik meminta umat Katolik untuk mendedikasikan bulan Oktober untuk berdoa bagi perdamaian.
“Setiap hari, masyarakat Myanmar mengalami serangan yang mengerikan, pelanggaran HAM yang mencolok, dan hancurnya penghidupan serta harapan mereka,” kata Volker Turk, Komisaris Tinggi HAM PBB, kepada Dewan HAM pada 26 September.
Turk menyebut kekerasan tersebut sebagai “ketidakmanusiawian dalam bentuknya yang paling keji” dan mengatakan tiga taktik militer tertentu telah secara sistematis ditujukan terhadap penduduk sipil: serangan udara, pembunuhan massal, dan pembakaran desa-desa.
Militer melancarkan 687 serangan udara, lebih dari dua kali lipat jumlah serangan yang dilakukan dalam 14 bulan setelah kudeta militer pada Februari 2021.
Turk mengatakan kantornya telah mendokumentasikan 22 kasus pembunuhan massal yang melibatkan lebih dari sepuluh orang dan serangan udara terhadap sebuah pertemuan di sebuah desa di Myanmar tengah yang menewaskan sekitar 150 orang pada April lalu dan pemboman udara pada sebuah konser di wilayah yang dikuasai pemberontak Kachin yang menewaskan puluhan Oktober lalu
Setidaknya delapan dari 16 keuskupan di negara tersebut termasuk Loikaw, Pekhon, dan Mandalay telah terkena dampak pertempuran yang sedang berlangsung di mana mereka telah menyaksikan serangkaian pertempuran, serangan udara, penembakan artileri dan pembakaran desa-desa.
Uskup Loikaw, Mgr. Celso Ba Shwe, yang meliputi Negara Bagian Kayah, meminta umat Katolik untuk berdoa rosario pada Oktober. Bulan ini didedikasikan untuk berdoa rosario kepada Bunda Maria karena Pesta St. Perawan Maria Rosario juga jatuh pada 7 Oktober.
Uskup Shew mengimbau umat Katolik “untuk berdoa dan berdoa rosario selama bulan Oktober demi perdamaian di Myanmar dan juga di Negara Bagian Kayah” dalam surat gembalanya yang dikeluarkan pada 27 September.
Negara Bagian Kayah menjadi salah satu pusat konflik ketika militer berupaya menghancurkan perlawanan bersenjata dari kekuatan gabungan kelompok etnis dan Pasukan Pertahanan Rakyat (PDF) yang baru dibentuk.
Puluhan gereja terkena serangan udara dan penembakan dan setidaknya 16 paroki di Keuskupan Loikaw telah ditinggalkan setelah para imam, biarawati, dan mat awam meninggalkan rumah-rumah mereka.
Ada hampir 250.000 pengungsi di 200 kamp di Negara Bagian Kayah. Lebih dari 9.000 orang dari negara bagian tersebut telah meninggalkan rumah mereka dan mengungsi di Thailand sejak pertempuran dimulai pada Juni, menurut kelompok HAM.
Gereja Katolik telah memberikan bantuan kemanusiaan kepada para pengungsi, dan mendukung mereka dengan konseling. Para pekerja juga membantu memberikan pendidikan kepada anak-anak mereka, terutama mereka yang mengungsi di keuskupan yang terkena dampak konflik.
Umat Kristiani berjumlah hampir 6 persen dari 54 juta penduduk Myanmar, mayoritas dari mereka beragama Buddha.
Sumber: UN decries Myanmar violence bishop seeks prayers for peace