Gereja-gereja di Yordania membatalkan perayaan Natal sebagai bentuk solidaritas terhadap warga Gaza karena kekerasan di wilayah kantong Palestina itu meningkat.
Para pemimpin Dewan Gereja Yordania pada 5 November mengumumkan pembatalan semua perayaan dan acara Natal untuk mengungkapkan keprihatinan yang mendalam atas meningkatnya krisis kemanusiaan yang melanda warga sipil Palestina di Gaza.
Sebagai bentuk penghormatan terhadap para korban yang tidak bersalah dan pengorbanan yang dilakukan oleh warga Gaza dan Tepi Barat, dewan tersebut menyerukan perayaan Natal melalui doa dan Misa, juga bazar Natal, pembagian hadiah untuk anak-anak, dekorasi dan parade akan dibatalkan.
“Kami membatalkan perayaan Natal di luar ruangan. Keputusan ini dibuat untuk fokus pada makna spiritual Natal – kelahiran Yesus. Ini adalah solidaritas dengan masyarakat Gaza,” kata Pastor Rifat Bader kepada OSV News.
“Kami hanya akan fokus pada perayaan keagamaan, termasuk Misa dan lagu-lagu di dalam gereja dan tidak ada acara di luar gereja,” jelas Pastor Bader.
Melayani warga di Gaza
Pastor Bader mengatakan bahwa salah satu sepupunya adalah Suster Dominikan dari Rosario Mahakudus Yerusalem yang bertugas di Paroki Keluarga Kudus di Gaza dan terus berhubungan dengannya.
Suster itu, katanya, adalah salah satu dari dua warga Yordania yang bersama seorang biarawati Mesir melayani komunitas Kristen dan warga lain di Kota Gaza.
“Para Suster Misionaris Cinta Kasih yang didirikan oleh St. Teresa dari Kalkuta, dan para Suster Sabda yang Berinkarnasi juga melakukan pekerjaan yang besar dan berani dalam melayani masyarakat Gaza,” kata Pastor Bader kepada OSV News.
“Mereka mengesampingkan ketakutan pribadi mereka demi menjaga orang-orang yang tinggal bersama mereka siang dan malam di dalam gereja. Mereka adalah pahlawan di Gaza, dan kami berdoa Tuhan akan melindungi mereka untuk melanjutkan pelayanan di Gaza,” jelas imam itu.
Menderita bersama warga Gaza
Pastor Bader mengatakan warga Yordania dan penduduk keturunan Palestina di Yordania “juga menderita bersama dengan rakyat Gaza. Kami adalah negara yang paling dekat dengan Palestina, dengan Gaza, itulah sebabnya kami tidak merayakan Natal dengan pesta tahun ini.”
Lebih dari 10.000 orang telah terbunuh di Gaza sejak Israel melancarkan serangan militernya satu bulan lalu, menurut Kementerian Kesehatan yang dikuasai Hamas.
Jumlah korban diperkirakan akan meningkat dalam beberapa hari mendatang karena pasukan Israel masih memerangi Hamas di jalan-jalan sempit Kota Gaza dan jaringan terowongan yang luas di bawahnya.
Israel menyatakan perang terhadap kelompok tersebut setelah mereka melakukan serangan brutal pada 7 Oktober, menewaskan 1.400 warga di Israel selatan dan menculik lebih dari 200 orang. Laporan berita sejak itu menyebutkan jumlah sandera lebih dari 240 orang.
Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) memperkirakan bahwa 1,5 juta warga Palestina telah menjadi pengungsi internal di Gaza, dan banyak warga sipil yang berusaha melarikan diri ke selatan, namun perjalanan tersebut sulit dilakukan karena rusaknya jalan akibat pemboman Israel.
“Semua umat Kristen di Distrik Hayy Zeitouna di Gaza mengambil keputusan untuk mengungsi ke dua gereja – Gereja Katolik Latin dan Gereja Ortodoks. Namun gereja Ortodoks telah diserang,” jelas Pastor Bader.
Gereja Ortodoks Yunani St. Porphyrius melindungi ratusan warga Palestina, sebagian besar umat Kristen, yang terlantar akibat perang, menurut pejabat Gereja. Serangan militer Israel pada 19 Oktober menewaskan sekitar 18 orang dan melukai sedikitnya 30 orang.
“Mereka yang berada di Gereja Ortodoks datang ke Gereja Katolik Latin dan sekarang Anda menemukan lebih dari 700 orang berlindung dan tidur di dalam gereja (Keluarga Kudus). Mereka hidup seperti umat Kristen abad pertama yang berbagi segala sesuatunya bersama-sama,” kata Pastor Bader.
AS telah meminta jeda kemanusiaan singkat untuk menyalurkan bantuan, namun Israel menolak keduanya.
Blokade Israel dan pengepungan Gaza baru-baru ini telah membuat beberapa rumah sakit tidak dapat beroperasi, dan pengiriman bantuan melalui perbatasan Rafah dengan Mesir sejauh ini tidak memadai, lapor lembaga-lembaga kemanusiaan.
Sumber: Christmas celebrations canceled in jordan