Para Redemptoris di Vietnam telah menyuarakan penolakan renovasi terhadap bekas biara mereka di ibu kota Hanoi – yang sekarang menjadi rumah sakit milik pemerintah – dan meminta pemerintah komunis untuk mengembalikan properti tersebut.
Pastor Joseph Nguyen Van Hoi, CSsR, ketua Redemptoris yang berbasis di Hanoi, meminta pemerintah kota itu “mengambil tindakan untuk menghentikan pekerjaan renovasi biara kami dan mengembalikannya ke keadaan semula.”
Dalam pengaduannya, tertanggal 11 November, kepada Tran Sy Thanh, ketua Komite Rakyat Hanoi, dan lembaga kota lainnya, Pastor Hoi mengatakan pemerintah harus menghukum mereka “yang secara terang-terangan merusak properti keagamaan kami yang sah,” yang sekarang disebut Rumah Sakit Umum Dong Da.
Para Redemptoris mulai menggunakan situs ini sebagai novisiat dan pusat studi mereka tahun 1928 setelah mereka tiba di Vietnam tahun 1925. Mereka berencana merayakan ulang tahun ke-100 kedatangan mereka tahun 2025.
Menurut Redemptoris, mereka membeli sebidang tanah seluas 61.455 meter persegi tahun 1928 dan membangun beberapa fasilitas di sana.
Pastor Hoi meminta pemerintah “mengembalikan bangunan tersebut agar kami dapat menggunakannya untuk keperluan keagamaan.”
“Kami tidak pernah menjualnya,” kata imam tersebut, seraya menambahkan otoritas Distrik Dong Da secara ilegal memaksa para Redemptoris untuk menyerahkan biara tersebut kepada mereka.
Dewan Paroki Thai Ha yang dikelola Redemptoris telah bertemu dengan manajemen rumah sakit yang menolak menghentikan pekerjaan renovasi.
Pastor Hoi, imam Paroki Thai Ha yang gerejanya berada di sebelah rumah sakit, mengatakan umat Katolik setempat sangat kecewa dengan renovasi yang dilakukan tanpa izin mereka.
Imam mengatakan dulu pihak pengelola meminta persetujuan Redemptoris sebelum melakukan perbaikan.
Dia mengatakan hal itu jelas-jelas melanggar kebebasan beragama dan membuat masyarakat setempat enggan menaruh kepercayaan mereka pada pemerintah komunis ketika Vatikan dan Vietnam berusaha membina hubungan diplomatik.
Umat Katolik mengharapkan pemerintah untuk melonggarkan kebijakan keagamaannya dan mengembalikan fasilitas Gereja yang disita setelah Presiden Vo Van Thuong bertemu Paus Fransiskus dan menandatangani perjanjian penting pada 27 Juli tahun ini.
Imam tersebut mengatakan bahwa rumah sakit tersebut memulai pekerjaan renovasi pada 6 November ketika para Redemptoris menghadiri retret tahunan mereka, jauh dari biara mereka di Hanoi. Pekerjaan ini diharapkan selesai pada 15 Desember.
Pastor John Nguyen Ngoc Nam Phong, CSsR mengatakan pemerintah juga meminjam gedung lain untuk merawat orang-orang yang terluka dalam Perang Vietnam tahun 1972.
Mereka belum mengembalikannya, katanya.
Pemerintah komunis menyita semua fasilitas Gereja di utara setelah komunis mengambil alih kekuasaan di sana tahun 1954 dan di selatan setelah tahun 1975.
Komunis memandang Gereja lokal mempunyai ikatan sejarah yang terlalu dekat dengan bekas penguasa kolonial Vietnam, Prancis.
Meskipun pemerintah telah mengembalikan beberapa fasilitas dalam beberapa tahun terakhir, masyarakat setempat ingin pemerintah mengembalikan semua properti Gereja yang disita.
Misi Redemptoris didirikan oleh St. Alphonsus Maria Liguori tahun 1732 di Italia dengan tujuan bekerja di antara masyarakat pedesaan yang terlantar.
Tiga misionaris Redemptoris Kanada datang ke Vietnam tahun 1925 dan mereka membangun biara, sekolah, asrama, pusat olahraga dan fasilitas lainnya di Hanoi, Hue, Da Lat, Nha Trang dan Sai Gon. Terdapat 370 Redemptoris yang bekerja di 21 dari 27 keuskupan di negara ini.
Dalam beberapa tahun terakhir, mereka memusatkan perhatiannya pada hak asasi manusia, keadilan sosial, dan perlindungan lingkungan.
Akibatnya, enam orang Redemptoris dilarang meninggalkan negara tersebut oleh pemerintah karena menentang ketidakadilan sosial, pelanggaran kebebasan beragama, dan perampasan tanah secara ilegal.
Hubungan diplomatik penuh antara Vietnam dan Vatikan belum terjalin. Namun, perwakilan kepausan non-residen telah melakukan kunjungan rutin ke Vietnam sejak tahun 2011.
Sumber: Redemptorists in Vietnam demand return of Hanoi monastery