Para pemimpin Gereja mengatakan Gereja Katolik di India dengan keberagaman umatnya akan membutuhkan lebih banyak waktu untuk menerima baptisan untuk kaum transgender, yang disetujui oleh Vatikan pada 8 November.
Isu seputar lesbian, gay, biseksual, transgender/transeksual (LGBT) masih “tabu dalam Gereja dan masyarakat di India,” kata Pastor Stanislaus Alla, dosen teologi moral di Sekolah Tinggi Teologi Vidyajyoti di New Delhi.
Umat Katolik di India jarang membahas masalah transgender dalam keluarga dan anak-anak mereka, kata imam Jesuit itu.
Imam itu menanggapi pernyataan Dikasteri Ajaran Iman Vatikan, yang mengatakan kaum transgender dapat dibaptis di dalam Gereja jika hal itu tidak menimbulkan “skandal publik atau kebingungan di kalangan umat beriman.”
Pernyataan yang belum pernah terjadi sebelumnya yang ditandatangani oleh Paus Fransiskus pada 31 Oktober dan dipublikasikan pada 8 November juga mengatakan bahwa kaum transgender, serta mereka yang memiliki hubungan sesama jenis, dapat dibaptis atau wali baptis sebagai saksi di pesta pernikahan.
Meskipun langkah Vatikan telah membuka banyak kemungkinan bagi komunitas transgender, “tradisi dan adat istiadat setempat kemungkinan besar akan berlaku di Gereja India,” untuk beberapa waktu, kata Pastor Alla kepada UCA News pada 16 November saat menyambut keputusan Takhta Suci.
Tentu saja, umat Kristiani di India membutuhkan lebih banyak waktu untuk menerima” langkah Vatikan, kata Uskup Agung Emeritus Agra Mgr. Albert D’Souza, mantan anggota Kantor Ajaran Iman Konferensi Waligereja India (CBCI).
Membaptis kaum transgender melibatkan masalah sosial, etika, moral, spiritual dan teologis, kata prelatus itu sebagai alasan penundaan Gereja India.
Pembaptisan kaum transgender akan dilakukan di Gereja India setelah kesulitan praktisnya diatasi, kata Uskup Agung D’Souza.
James Valiath, manajer program di Naz Foundation, yang bersama dengan beberapa pihak lainnya mendorong pengadilan tinggi India untuk melegalkan hubungan seks sesama jenis tahun 2018, mengatakan umat Kristen di India masih mengalami kesulitan dalam menerima kaum transgender.
Valiath menjelaskan undang-undang hampir tidak membawa perubahan apa pun dalam masyarakat.
“Akan sulit untuk mengatakan apakah umat Kristen di India akan menerima kaum transgender di Gereja.”
Para pemimpin Gereja harus melakukan upaya bersama untuk meyakinkan umat Kristen tentang hak-hak kaum transgender, katanya.
Forum Sekuler Katolik, sebuah badan hak asasi manusia, menyambut baik keputusan Vatikan.
Pendirinya, Joseph Dias, mengatakan para imam harus mempersiapkan komunitas lokal untuk menerima kaum transgender dalam Gereja guna mencegah skandal dalam Gereja.
Masyarakat India secara tradisional menganut paham ortodoks dan oleh karena itu konferensi para uskup perlu melakukan kampanye kesadaran massal, katanya.
Seorang imam Katolik, yang bekerja dengan kaum transgender di Mumbai, kota komersial India, mengatakan Gereja India akan membutuhkan waktu lama “untuk menerima kaum transgender karena mereka diperlakukan sebagai orang yang tidak tersentuh,” sebuah praktik dalam masyarakat Hindu yang sarat kasta di mana orang-orang dari kasta rendah dianggap tak tersentuh dan ditakdirkan untuk bekerja keras demi orang lain.
Sumber: Church leaders say transgender baptism a tough ask in India