Seorang pengusaha Katolik masuk dalam sepuluh besar tokoh bisnis terbaik di Kamboja dan menjadi salah satu finalis Penghargaan Kewirausahaan Nasional tahun ini, kata sebuah laporan.
Sorn Meak dari Coco de Takeo termasuk di antara 20 pengusaha kecil dan menengah (UKM) Kamboja yang dipilih dari berbagai provinsi di negara tersebut.
Penghargaan tersebut diberikan di sebuah hotel di Phnom Penh, imbu kota negara itu pada 15 November, lapor Radio Veritas Asia (RVA) pada 18 November.
Institute of Entrepreneurship and Innovation menetapkan penghargaan tahunan tahun 2020 untuk meningkatkan kesadaran tentang peran penting UKM di Kamboja serta memperkuat dan memperluas kemitraan publik-swasta dan tanggung jawab sosial melalui pembangunan masa depan kewirausahaan di Kamboja.
Meak menjalankan usaha kerajinan tangan termasuk produk tenun dari sutera, batok kelapa, serta produk olahan dari buah kelapa seperti minyak kelapa, sabun, manisan, dan keranjang bunga.
Pusat bisnisnya berbasis di Desa Chamkar Teang di Provinsi Takeo, Kamboja selatan.
Meak menuturkan, ia mendapatkan wawasan berharga dan pengalaman baru dari mitra wirausaha yang memiliki kapabilitas untuk menyempurnakan programnya selama kompetisi.
“Hari ini menurut saya Coco de Takeo benar-benar menang. Kami menang atas apa yang kami anggap mustahil, dan kami telah mencapai 10 besar,” kata Meak.
Ia mengatakan pengalaman dan saran dari panitia seleksi akan membantunya mengembangkan rencana strategis untuk menjaga stabilitas keuangan dan meningkatkan keterampilan kepemimpinan.
Uskup Olivier Schmitthaeusler, vikaris apostolik Phnom Penh, turut mensponsori dan mendukung Coco de Takeo, lapor RVA.
Chandara Chhen, pemenang hadiah pertama dan direktur Battambang Jasmine Rice Refinery, mengatakan program ini telah mendorong pengusaha lokal untuk memperluas perusahaannya, terutama di saat krisis ekonomi yang sedang berlangsung.
“Dalam kompetisi ini, kami melihat di negara berkembang seperti Kamboja, terdapat wirausahawan inovatif yang menjadi motor penggerak pertumbuhan ekonomi,” ujarnya.
Sour Heng, Menteri Tenaga Kerja, mendesak semua peserta untuk lebih memperkuat upaya mereka untuk berkontribusi pada kesejahteraan keluarga, karyawan, dan perekonomian nasional.
“Pengusaha harus membagi pendapatan dari kegiatannya tidak hanya untuk dirinya sendiri tetapi juga untuk bangsa agar bisa berkembang, mendukung masyarakat, dan juga membantu lingkungan hidup,” kata Heng.
Perekonomian Kamboja terpukul parah oleh pandemi Covid-19, namun kini sedang menuju pemulihan, menurut Dana Moneter Internasional (IMF). Perekonomian nasional diproyeksikan tumbuh 5,3 persen pada tahun ini.
Antara tahun 2009 dan 2019, tingkat kemiskinan turun dari 33,8 persen menjadi 17,8 persen, menurut laporan Bank Dunia. Namun pandemi ini telah mendorong jutaan warga Kamboja ke dalam kemiskinan.
Sumber: Catholic ranked among Cambodias top entrepreneurs