UCAN China ucanews.com
UCAN Indonesia

Iman sejati artinya “mencintai orang lain secara ekstrim’

Mei 1, 2017

Iman sejati artinya “mencintai orang lain secara ekstrim’

Paus Fransiskus melambaikan tangan kepada peziarah setelah Misa pada 29 April di Stadion Pertahanan Udara di Kairo. Paus Fransiskus memimpin Misa konselebrasi yang hadiri oleh ribuan umat Katolik di Mesir. (Khaled Desouki/AFP)

Satu-satunya fanatisme yang dikehendaki oleh Tuhan adalah tentang mencintai dan membantu orang lain secara fanatik, kata Paus Fransiskus dalam hari terakhir lawatannya di Mesir.

“Iman sejati membuat kita bermurah hati, menjadi lebih memaafkan, lebih jujur dan lebih manusia. Iman sesungguhnya menggerakkan hati kita untuk mencintai tanpa menghitung balasan,” kata Paus seperti dilaporkan Catholic News Service.

Paus merayakan Misa di lapangan terbuka pada 29 Maret di Stadion Pertahanan Udara Kairo. Ia memimpin Misa bersama Pemimpin Katolik Koptik Patriark Ibrahim Isaac Sedrak dari Alexandria dan para pemimpin ritus Katolik lainnya di Mesir.

“Seberapa seringkah kita melumpuhkan diri kita sendiri dengan menolak pemikiran kita sendiri tentang Tuhan, yang diciptakan dalam gambar dan rupa manusia,” kata paus. “Seberapa sering kita kehilangan harapan dengan menolak untuk percaya bahwa kemahakuasaan Tuhan bukan suatu kekuasaan dan kekuatan, melainkan cinta, pengampunan dan kehidupan.”

Orang-orang yang percaya pada Kristus tidak akan pernah mengenal wajah Tuhan yang sesungguhnya sampai mereka membiarkan pemikiran mereka yang keliru mati di salib, bangkit dari kubur keterbatasan pemahaman mereka dan mengguncang hati mereka yang keras seperti ‘pemecahan roti’ dalam Ekaristi, lanjut paus.

“Kita tidak bisa berjumpai dengan Tuhan tanpa pertama-tama menyalibkan pemahaman kita yang sempit tentang tuhan yang hanya mencerminkan pemahaman kita sendiri tentang kemahakuasaan dan kekuatan,” kata paus.

Iman sejati membuat kita melihat orang lain bukan sebagai musuh yang harus dilenyapkan, tapi sebagai saudara dan saudari yang dicintai, dilayani dan ditolong,” kata Paus Fransiskus, dan hal ini menuntuk kita pada idalog dan rasa hormat serta keberanian untuk mempertahankan hak-hak dan martabat orang lain, bukan diri sendiri.

“Tuhan hanya bisa dibahagiakan dengan iman yang dinyatakan dalam hidup kita, karena satu-satunya fanatisme yang boleh dimiliki oleh seorang beriman adalah berbagi,” kata paus.

 

Baca juga: True faith means ‘loving others to the extreme’

 

Jangan lewatkan

Dapatkan info terbaru secara gratis lewat newsletter UCAN Indonesia disini

Podcasts
Donation
© UCAN Indonesia 2024. | Kontak | Tentang | Syarat dan Ketentuan | Privasi