UCAN China ucanews.com
UCAN Indonesia

TAJIKISTAN – PEMERINTAH MEMBLOKIR IMPOR ALKITAB DALAM JUMLAH BESAR

Mei 5, 2008

Departemen Kebudayaan Tajikistan mencegah masuknya 100.000 Alkitab berbahasa Tajik ke negeri itu yang dipesan oleh komunitas Baptis setempat.

 Menurut Asia Plus, koran mingguan yang terbit di Dushanbe, pemimpin Departemen Agama, Idibek Zieev, mengatakan bahwa pengiriman Alkitab terlalu banyak bagi umat Baptis yang hanya berjumlah sekitar 1000 orang.

 Menurut laporan pejabat pemerintah itu mengatakan bahwa impor sejumlah besar Alkitab ke negara yang 95 persen penduduknya beragama Islam itu aneh. Tajikistan berpenduduk sekitar 6,5 juta orang.

 Menurut seorang pengacara yang berbicara kepada UCA News pada 28 April, tidak ada undang-undang yang melarang import literatur keagamaan ke negara Asia Tengah itu.

 “Sejujurnya, ini sungguh sebuah keputusan yang sulit dipahami, karena tidak ada larangan impor literatur keagamaan ke negara itu,” kata pengacara itu, yang meminta tidak menyebut jatidirinya. “Saya sungguh tidak mengerti bagaimana Alkitab tidak sesuai dengan undang-undang Republik Tajikistan.”

 Para pimpinan komunitas Baptis yang dihubungi UCA News tidak mau berkomentar

 Bagaimanapun, berita ini turun menjadi keprihatinan komunitas kecil Katolik, yang hanya berjumlah sekitar 250 orang dan juga menghadapi masalah dalam mengimport literatur keagamaan.

 “Saya benar-benar kecewa dengan larangan dan sikap tidak bersahabat dari Departemen Agama berkenaan dengan pengiriman literatur keagamaan ke Tajikistan,” kata Pastor Carlos Avila yang mengepalai Gereja Katolik di Tajikistan.

 “Saya mengerti bahwa pemerintah kita berusaha mencegah masuknya gerakan-gerakan agama yang radikal, namun karya komunitas-komunitas yang menyebarkan perdamaian, cinta, dan toleransi mestiya tidak menderita karena kebijakan itu,” kata misionaris Argentina itu kepada UCA News. “Apa salahnya membawa masuk sejumlah besar Alkitab ke Tajikistan? Atau apakah sudah menjadi larangan bagi orang Tajik membaca buku suci ini?”

 Tajikistan meraih kemerdekaan tahun 1991, dengan pecahnya Uni Soviet, tapi menderita perang saudara antara pemberontak Muslim dengan pemerintah sejak 1992 hingga sebuah kesepakatan damai ditandatangani tahun 1997.

 Menurut Pastor Avila, Gereja Katolik setempat telah lama berjuang membawa masuk literatur keagamaan berbahasa Rusia modern ke negeri itu untuk kepentingan pelajaran agama dan untuk membantu perkembangan kehidupan iman umat Katolik umumnya.

 Pastor Ezequiel Ayala, yang menangani Paroki St. Yoseph di Dushanbe, mengatakan kepada UCA News, memasukkan buku–buku keagamaan akan “sangat mahal” untuk komunitas paroki. “Setiap hari kami harus membayar bea cukai selama Departemen Agama menahan barang kiriman untuk memeriksa isinya, dan ini tentu saja tidak mungkin bagi paroki kecil kami.”

 Namun, Pastor Ayala menegaskan bahwa parokinya butuh buku-buku doa, bahan pelajaran agama, Alkitab, dokumen-dokumen Vatikan, dan literatur keagamaan lainnya.

 “Sejujurnya, para katekis kami tidak memiliki bahan-bahan yang layak untuk mengajar agama kepada anak-anak,” katanya.

 Larisa Kviatkovskaya, seorang katekis dari Paroki St. Yoseph, mengatakan kepada UCA News, “sesungguhnya tidak ada bahan untuk diajarkan kepada anak-anak, kecuali Alkitab dan buku-buku katekismus umumnya.” Dia mengatakan bahwa dia hanya bisa bermimpi tentang “literatur katekese khusus untuk anak–anak usia 13-16 tahun” yang sangat ingin digunakannya.

 “Saya menggunakan majalah-majalah keagamaan tahun 2002, 2001, atau bahkan 1990-an dalam karya saya, tapi tentu luar biasa kalau bisa menggunakan sesuatu yang baru,” katanya.

 Rekannya, Ekaterina Gavrilova, yang mengajar anak-anak usia 4–6 tahun, juga ingin memiliki bahan yang lebih baik. “Memang hal ini bukan persoalan besar bagi saya, karena anak–anak kecil tidak butuh pelajaran yang terlalu sistematis dan yang terpenting bagi mereka adalah bagaimana membuat mereka tetap menaruh perhatian,” kata katekis berusia 19 tahun itu. “Tetapi  tentu saja sangat menggembirakan jika memiliki sejumlah lukisan atau buku-buku bergambar tentang pokok-pokok yang menyangkut agama.”

 Pastor Ayala mengatakan, dia dan iman-imam misionaris Sabda Inkarnasi lainnya, yang dipercayakan Paus Yohanes Paulus II untuk menangani misi Tajikistan tahun 1997, sesekali membawa buku–buku keagamaan apabila mereka pergi ke Rusia atau negara-negara berbahasa Rusia lainnya. “Tapi ini jelas tidak dapat memecahkan masalah,” katanya.

 Bahasa Rusia tetap menjadi bahasa persatuan di berbagai bekas republik Soviet di Asia Tengah, tetapi tidak seorang imam pun yang melayani di sini berbahasa Rusia. Mereka semua berasal dari Argentina, tempat Institut Sabda Inkarnasi didirikan tahun 1984

END

Jangan lewatkan

Dapatkan info terbaru secara gratis lewat newsletter UCAN Indonesia disini

Podcasts
Donation
© UCAN Indonesia 2024. | Kontak | Tentang | Syarat dan Ketentuan | Privasi