UCAN China ucanews.com
UCAN Indonesia

KAMBOJA – GEREJA KAMBOJA DIDIK KAUM MUDA TENTANG CINTA DAN HUBUNGAN

Mei 6, 2008

Vikariat Kompong Cham telah menyelenggarakan kursus-kursus tentang cinta dan hubungan untuk mempersiapkan orang muda Kamboja memasuki hidup perkawinan dan mencegah kekerasan dalam rumah tangga.

 Pastor Gerald Vogin, misionaris asal Prancis, pernah mengadakan riset. Dia mengatakan kepada UCA News, dia menemukan bahwa “tingkat kekerasan dalam rumah tangga di kamboja sangat tinggi,” termasuk dalam keluarga-keluarga Katolik. Itulah sebabnya, katanya, dia memulai kursus-kursus itu tahun 2006 untuk kaum muda di Kompong Cham, sekitar 75 kilometer timur laut Phnom Penh.  

 Masyarakat di daerah ini menikah pada usia sangat muda, kata Pastor Vogin, pemimpin Vikariat Apostolik Kompong Cham. Imam misionaris Prancis itu menjelaskan bahwa program itu terbuka bagi semua orang muda tanpa mempedulikan latar belakang agama.

 Kursus-kursus itu dilaksanakan dua kali setahun, pada masa liburan sekolah, di gereja Katolik di Kompong Cham. Kursus-kursus itu umumnya berbicara tentang cinta dan hubungan, dan termasuk isu-isu penting seperti HIV dan AIDS. Selain ceramah dan sharing, sesi-sesi kursus itu juga diisi dengan kisah-kisah dan film. Setiap kali kursus diikuti sekitar 25–30 pelajar, dengan biaya tidak lebih dari sekitar US$3 selama lima hari.

 Pastor Vogin mengkoordinasi kursus yang dibantu oleh para karyawan dari “Karol and Setha”, sebuah proyek para misionaris Maryknoll untuk mendidik kaum muda tentang isu-isu menyangkut nilai dan seksualitas. Nama proyek ini diambil dari akronim “knowledge and reflection on life” (pengetahuan dan refleksi kehidupan) dan “sexuality through a holistic approach” (seksualitas melalui sebuah pendekatan holistik).

 Banyak peserta yang hadir dalam kursus baru–baru ini mengatakan kepada UCA News pada akhir April bahwa mereka telah meninjau kembali pandangan mereka tentang cinta dan hubungan.

 “Saya bingung tentang cinta,” kata Nueon Sophek, 24. Mahasiswa yang mengikuti beberapa kali kursus itu menjelaskan bahwa jatuh cinta itu memang mudah, tapi tidak mudah mempertahankan suatu hubungan “memberi dan menerima.”

 Leng Vannak, 18, mengakui hubungan-hubungan yang dia miliki di masa lalu berlangsung tidak lebih dari beberapa bulan saja. “Kemudian saya bosan,” tambahnya. Setelah mengikuti kursus yang diadakan Gereja, mahasiswa Buddha dari Royal University of Phnom Penh itu sadar bahwa cinta itu mencakup saling mendengarkan dan mendukung satu sama lain.

 Pang Chan Meta, 18, dari universitas yang sama, mengatakan bahwa dia takut berhubungan karena kuatir disakiti. Setelah mengikuti kursus, mahasiswi beragama Buddha itu menjelaskan, dia menjadi lebih terbuka terhadap apa yang menjadi tuntutan dalam berhubungan yaitu memberi dan menerima.

 Chan Meta juga mengatakan, dia lebih gampang berbicara soal seks, sambil mengatakan perempuan-perempuan kamboja biasanya tidak berbicara tentang seks dalam situasi apapun. Tetapi dalam masyarakat modern, menurut refleksinya, perempuan harus berani bicara soal seks karena resiko tertular HIV dan AIDS.  

 Ro Bora, 26 tahun, peserta lain yang beberapa kali mengikuti kursus, mengatakan, kursus-kursus itu membantunya untuk lebih menghormati dan menghargai perempuan. Lebih rinci, mahasiswa dari Universitas Pannasastra di Phnom Penh itu sadar bahwa tubuh, pikiran, dan hati itu saling berhubungan.

 Banyak pasangan di desanya kawin muda di usia sekitar 15 tahun karena tekanan dari orangtua, katanya pada UCA News. Pasangan–pasangan muda ini tidak memahami kebutuhan satu sama lain, dan sering kali laki-laki berusaha menyelesaikan konflik dengan melakukan kekerasan.

 Bora juga mengatakan, presentasi-presentasi dalam kursus itu tentang kecanduan obat terlarang dan penyebaran HIV yang biasanya berkembang menjadi AIDS, sangat bermanfaat karena pria-pria lokal sering berhubungan seks dengan pelacur.

 Pastor Vogin menyatakan bahwa banyak orang muda yang telah menyelesaikan kursus-kursus itu kini lebih terbuka untuk bebicara tentang diri mereka sendiri. Dia menambahkan, orang-orang muda juga meminta ada program bagi orangtua mereka, yang menurut mereka terkadang tidak mengijinkan anak-anak mereka untuk bebas membuat keputusannya sendiri.

 Kursus untuk kaum muda berikutnya diadakan pada bulan Agustus

End

Jangan lewatkan

Dapatkan info terbaru secara gratis lewat newsletter UCAN Indonesia disini

Podcasts
Donation
© UCAN Indonesia 2024. | Kontak | Tentang | Syarat dan Ketentuan | Privasi