UCAN China ucanews.com
UCAN Indonesia

Kardinal kutuk “budaya kematian”

Oktober 12, 2010

Kardinal kutuk “budaya kematian”

Kardinal Varkey Vithayathil dari Ernakulam-Angamaly, pemimpin Gereja ritus Oriental Siro-Malabar

Kepala Gereja ritus Oriental Siro-Malabar di India selatan mengatakan iman beberapa orang telah menjadi “ritual dan takhyul” dan bahwa “materialisme praktis” telah mendapat tempat yang mulus.

Dalam surat gembala yang dibacakan di semua paroki dari Gereja ritus tersebut pada 10 Oktober, Kardinal Varkey Vithayathil dari Ernakulam-Angamaly mengatakan, dunia luar mengkritik Gereja karena “kita gagal mewujudkan iman kita dalam kehidupan.”

Surat gembala tiga halaman itu menyoroti hasil Sidang Agung Keuskupan Utama Gereja tersebut untuk lima tahun ke depan. Sidang itu berlangsung bulan Agustus.

Suratnya untuk Gereja dengan sekitar 3,8 juta umat itu mengatakan, sinode para uskup telah membentuk sebuah komisi beranggotakan 15 orang untuk mengimplementasi proposal sidang yang mebahas tentang iman, hidup, serta penanggulangan budaya kematian dan tanggapan Gereja terhadap isu-isu lingkungan.

Kardinal Vithayathil, uskup agung utama Gereja tersebut, mengatakan bahwa iman yang mengabaikan hak asasi manusia merupakan penipuan terhadap diri sendiri. Baginya, dasar bagi hak asasi manusia adalah Sepuluh Perintah Allah karena perintah-perintah itu tidak hanya meminta orang untuk menghormati hak-hak orang lain, tetapi untuk secara bebas mengorbankan “hak-hak diri sendiri untuk orang lain.”

Dia juga mengkritik penyalahgunaan seksualitas sebagai komoditas, keengganan pasangan untuk memiliki anak-anak, dan tren yang berkembang untuk hidup manja “dalam kemewahan egois.”

Menurutnya, anak-anak sangat merupakan indeks pertumbuhan ekonomi suatu negara. “Namun, egoisme kolektif dari mereka yang lahir dan hidup ternyata menyangkal kehidupan dari mereka yang belum dilahirkan,” kata Kardinal Vithayathil.

Pada saat yang sama, kardinal mengkritik prokreasi tanpa “adanya rasa tanggung jawab.”

Mencerca penyalahgunaan alam secara tidak bermoral, kardinal mengatakan bahwa dunia memiliki “sumber daya yang cukup untuk kebutuhan semua orang, tetapi seluruh alam semesta tidak akan cukup untuk memenuhi keserakahan setiap orang.”

Antony Kuriakose, seorang Katolik, melihat surat gembala itu tepat waktu dan relevan. “Sadar atau tidak, kita telah berada di bawah pengaruh budaya kematian. Kita telah menjadi egois dan karena itu perlu perubahan,” katanya.

Oleh Reporter ucanews.com, Kochi, India

Jangan lewatkan

Dapatkan info terbaru secara gratis lewat newsletter UCAN Indonesia disini

Podcasts
Donation
© UCAN Indonesia 2024. | Kontak | Tentang | Syarat dan Ketentuan | Privasi