Para pemuka agama dan keluarga dari tujuh pelaut Sri Lanka yang disandera selama hampir dua tahun oleh para pembajak laut Somalia mengumumkan penggalangan dana lebih dari  1 juta dollar untuk uang tebusan, pada Senin (6/8).

Kelompok dari para pemuka agama Buddha, Katolik dan Muslim juga meminta pemerintah Sri Lanka untuk mengambil langkah hukum terhadap perusahaan pelayaran Malaysia yang merupakan milik dari kapal bernama MV Albedo .

“Ketika merekrut orang-orang, perusahaan pelayaran menyanggupi untuk menjaga kehidupan para awak mereka dan pada saat ini perusahaan ini tidak boleh melepaskan tanggung jawab mereka,” kata Kardinal Malcolm Ranjith.
 
Kapal kargo berbendera Malaysia itu dibajak pada November 2010 di Teluk Aden ketika kapal itu sedang berlayar menuju Kenya. Tujuh pelaut Pakistan telah dibebaskan pada 1 Agustus, tapi tujuh warga Sri Lanka, enam Bangladesh, satu India dan satu Iran masih dalam penahanan.

Kekhawatiran tentang keselamatan para awak yang tersisa itu muncul menyusul laporan tentang kondisi yang diderita para pelaut tersebut.

“Perusahaan yang berbasis di Malaysia itu pada awalnya sepakat untuk memberikan kontribusi dengan uang tebusan yang akan dibayar. Tapi, sekarang mereka menolak untuk melakukannya,” kata Wilasani Wakwella, istri Nalinda Wakwella, insinyur kapal yang masih disandera.

“Kami tidak ingin mereka menderita dan mati di sana, dan saya tidak bisa mengungkapkan betapa sulitnya hal ini bagi kami,” katanya.

Seorang pejabat senior Shipping Masters Office, sebuah lembaga yang dikelola pemerintah yang bertanggung jawab atas pelaut yang bekerja untuk perusahaan-perusahaan asing, mengatakan, tujuh pelaut itu bekerja secara ilegal di MV Albedo, dan pemerintah tidak bisa campur tangan.

Menurut data, hampir 6.000 warga Sri Lanka telah terdaftar untuk bekerja di kapal asing, meskipun banyak lagi yang bekerja tanpa dokumentasi.

Sumber: Sailors’ families need $1M ransom