UCAN China ucanews.com
UCAN Indonesia

Pokemon Go telah menimbulkan konflik orangtua dan anak

Agustus 22, 2016

Pokemon Go telah menimbulkan konflik orangtua dan anak

Seorang ayah dan anaknya bermain Pokemon Go di Hong Kong.

 

Sejak Pokemon Go diluncurkan di Hong Kong bulan lalu, hingga tujuh anak sehari telah mengadu ke Caritas Family Crisis Support Center (FCSC) dan mengeluh bahwa mereka menghadapi ketegangan dengan orangtua mereka terkait game mobile populer tersebut.

Satu dari empat penelepon mengeluh bahwa orangtua mereka memonopoli permainan tersebut.

Permainan ini sangat populer di Hong Kong sejak dirilis pada musim panas karena anak-anak memiliki waktu lebih bebas, kata direktur senior FCSC, Wong Chui-shan.

“Mereka bisa bermain game ini sepanjang waktu,” kata Wong.

Permainan itu telah menjamur di seluruh dunia sejak diluncurkan di AS pada 6 Juli. Pada pekan pertama, Pokemon Go telah menarik hampir 21 juta pengguna di seluruh dunia, menurut Survey Monkey.

Di Hong Kong, sejak permainan itu diperkenalkan, ratusan orang sering ditemukan ramai di taman tertentu atau ruang terbuka di mana mereka bisa menangkap game tersebut.

“Melalui hotline, konselor kami mendengarkan anak-anak berbicara tentang kebiasaan sehari-hari mereka dan mencari tahu apakah mereka merasa kecanduan terhadap game tersebut atau tidak,” kata Wong. “Kemudian, kami akan memberikan mereka bimbingan.”

Namun, ia mengatakan bahwa di antara anak-anak yang mengadu via hotline, 25 persen dari mereka mengatakan mereka bermasalah dengan orangtua mereka sendiri.

Wong berpendapat konflik antara orangtua dan anak disebabkan oleh standar ganda. Sejumlah orangtua boleh bermain game terus menerus, namun anak-anak dibatasi waktu, kata Wong.

“Sebagian besar pengguna layanan kami berusia 9-10 tahun. Mereka mungkin tidak memiliki ponsel pintar sendiri,” tambahnya.

“Mereka harus menggunakan ponsel orangtua mereka untuk bermain Pokemon Go, tetapi orangtua tetap menggunakan ponsel mereka untuk diri mereka sebagian besar waktu.”

Pekerja sosial lain, Ronald Tsui juga mengamati beberapa pemain tampaknya kehilangan akal sehat mereka, mengutip berita lokal tentang seorang wanita pergi ke sebuah lapangan sepak bola untuk menangkap Pokemon dan terkena bola.

“Sulit untuk memperkirakan bagaimana orang mengalami kecanduan serius terhadap game ini dalam masyarakat,” kata Tsui, seorang Katolik, 25, yang pernah bermain Pokemon Go, tapi ia telah berhenti.

0822c

Sekitar 300 orang bermain Pokemon Go di Lai Chi Kok Park, Hong Kong, 14 Agustus.

 

Sumber: ucanews.com

 

Jangan lewatkan

Dapatkan info terbaru secara gratis lewat newsletter UCAN Indonesia disini

Podcasts
Donation
© UCAN Indonesia 2024. | Kontak | Tentang | Syarat dan Ketentuan | Privasi