UCAN China ucanews.com
UCAN Indonesia

Gereja menghimbau wartawan Katolik Vietnam agar tidak perlu takut

Juni 9, 2017

Gereja menghimbau wartawan Katolik Vietnam agar tidak perlu takut

Uskup Vietnam mendesak wartawan Katolik untuk mengikuti teladan Paus dan tidak takut menggunakan media sosial untuk menyebarkan kabar baik dan harapan di negara di mana media disensor secara luas.

Dua ratus jurnalis Katolik dari tujuh keuskupan di wilayah utara menghadiri acara yang pertama kali diadakan untuk menandai Hari Komunikasi di Basilika Maria Tak Bernoda di Keuskupan Bui Chu, Provinsi Nam Dinh, dengan tema “Komunikasikan Harapan dan Kebenaran Sekarang,” pada 28 Mei.

Pada acara untuk menandai Hari Komunikasi Sedunia ke-51, Uskup Alfonse Nguyen Huu Long, ketua Komisi pewartaan Vietnam, mendorong para jurnalis untuk menjadi tangguh.

“Kita harus berani mengatasi ketakutan kita dan memenuhi misi komunikasi Katolik yang dipercayakan kepada Anda,” katanya.

Wartawan sering khawatir  akan komentar dan reaksi yang mengancam dari pembaca dan pihak berwenang, yang dapat mempengaruhi komunitas Katolik, karena kandungan cerita mereka yang religius atau sensitif secara politis, katanya.

“Mengikuti [contoh dari paus], kita tidak boleh takut karena Tuhan menyertai kita,” kata Uskup Long kepada para wartawan.

Dia mengatakan komunikasi dan evangelisasi adalah satu dan sama dan memposting secara aktif  tentang sentimen keagamaan membantu mengkomunikasikan kepercayaan, harapan dan cinta.”

Uskup mengatakan bahwa internet sebagai bagian tak terpisahkan dari kehidupan manusia, dari anak-anak sampai orang tua.

“Saya melihat banyak anak-anak etnis Hmong, yang kekurangan makanan dan pakaian dan tinggal di rumah-rumah kumuh di daerah terpencil, menggunakan smartphone untuk berselancar di internet mencari informasi dan mempelajari bahasa mereka,” katanya.

Uskup Long menggambarkan media sosial sebagai ruang baru untuk mengkomunikasikan kabar baik dan harapan kepada orang-orang  Katolik dan sebagai pintu kebenaran dan iman.

Pada bulan April, Kementerian Informasi dan Komunikasi mengatakan Vietnam memiliki penduduk sekitar 92 juta orang, 70 persen di antaranya menggunakan internet, dan sekitar 45 juta pengguna Facebook.

Akun YouTube dan Facebook meraih dua pertiga pangsa pasar media digital di Vietnam, menurut agensi lokal Isobar di Vietnam.

Takut

Seorang wartawan dari Keuskupan Agung Hanoi mengatakan meskipun ke-10 keuskupan di wilayah utara memiliki situs mereka sendiri, mereka kekurangan jurnalis terampil dan peralatan komunikasi.

Oleh karena itu, banyak reporter berjuang menggunakan komputer dan peralatan digital dan sering mengajukan tulisan tangan.

Wartawan tersebut mengatakan keuskupan umumnya mempublikasikan tulisan tentang kegiatan gereja dan menghindari isu-isu yang berkaitan dengan kebebasan beragama, ketidakadilan sosial, hak asasi manusia dan demokrasi yang sensitif terhadap pemerintah.

Dia mengatakan, banyak kelompok agama menggunakan media sosial, terutama Facebook, untuk berbagi informasi dengan orang lain, mempromosikan hak asasi manusia dan kebebasan beragama, dan meningkatkan suara perbedaan pendapat terhadap kebijakan pemerintah.

Uskup Long berkata, pertarungan antara yang baik dan yang buruk di dunia sekarang sangat sengit. Dia meminta wartawan untuk menentang konten negatif yang menyebarkan kecurigaan, kecemasan, keputusasaan atau bahkan mencemarkan nama baik gereja.

Uskup juga meminta wartawan untuk memeriksa berita melalui kacamata kabar baik untuk menyampaikan pesan tentang iman Katolik kepada masyarakat.

Pemerintah komunis sedikit mentolerir perbedaan pendapat dan memaksakan penyensoran media sosial yang ketat di Vietnam.

Pada bulan Agustus 2013, pemerintah Vietnam mengeluarkan sebuah keputusan melarang blogger dan pengguna media sosial untuk berbagi berita online dan mengatakan bahwa situs seperti Facebook dan Twitter hanya boleh digunakan “untuk menyediakan dan bertukar informasi pribadi.”

Namun, pada bulan Januari 2015, Perdana Menteri Vietnam Nguyen Tan Dung mengakui bahwa tidak mungkin negara komunis melarang media sosial, mendesak para pejabat untuk merangkul situs-situs seperti Facebook untuk menyebarkan pesan pemerintah.

Para pendidik sebuah sekolah menengah di Propinsi  Long An  mengecam seorang siswa kelas 12 atas sebuah postingan di Facebook pribadinya yang mengeluh tentang dokter dan perawat yang telah meneriaki pasien di sebuah rumah sakit setempat, surat kabar Tuoitre yang dikelola pemerintah melaporkan, 3 Juni.

Pada bulan April, Reporter Without Borders, sebuah organisasi untuk kebebasan jurnalistik internasional yang berbasis di Perancis menempatkan Vietnam pada urutan 175 dari 180 negara untuk kebebasan pers.

Baca juga: Overcome ‘fears,’ Catholic journalists in Vietnam told

Jangan lewatkan

Dapatkan info terbaru secara gratis lewat newsletter UCAN Indonesia disini

Podcasts
Donation
© UCAN Indonesia 2024. | Kontak | Tentang | Syarat dan Ketentuan | Privasi