UCAN China ucanews.com
UCAN Indonesia

Orang Kristen Suku Menjadi Penentu pada Pemilu India

April 1, 2019

Orang Kristen Suku Menjadi Penentu pada Pemilu India

Umat Katolik suku dari keuskupan Simdega di negara bagian Jharkhand menghadiri pertemuan 10 Maret untuk membahas berbagai isu yang mereka mempertimbangkan sebelum pemilu legislatif yang mulai di banian timur negara itu dari 29 April. (Foto: Keuskupan Simdega)

Para pemimpin suku di Negara Bagian Jharkhand, India mengatakan warga mereka bangkit dari ketidaksadaran politik menjadi  kekuatan yang menentukan dalam pemilu legislatif.

Mereka berencana menggunakan hak pilih mereka untuk menanggapi berbagai kebijakan pemerintah yang melukai mereka, kata tokoh Katolik Prabhakar Tirkey.

Warga suku, penganut Nasrani dan Sarna, kepercayaan suku asli, dapat mempengaruhi hasil dari semua 14 daerah pemilihan parlemen bagian timur negara itu, kata Tirkey.

Partai Bharatiya Janata (BJP), partainya Perdana Menteri Narendra Modi, yang juga menguasai pemerintahan negara itu, meraih 12 dari 14 kursi dalam pemilu tahun 2014.

“Sekarang rakyat kecewa dengan pemerintah tersebut  karena para pemimpinnya terus memecahbelah negara itu atas nama agama dan kasta,” kata Tirkey, ketua forum ekumene Rashtriya Isai Mahasangh.

“Sekelompok besar orang suku, termasuk Kristen, akan bersuara menentang  BJP dalam pemilu ini, tambahnya.

Negara bagian itu memiliki sekitar delapan juta warga suku dari 32 juta populasinya. Sementara hanya sekitar 1,5 juta dari mereka adalah Kristen, sebagian besar lainnya adalah penganut Sarna. Sisanya beragama Hindu.

Jharkhand memiliki jumlah orang Kristen yang kuat sekitar 4,3 persen dari populasi.

Pemilu di Jharkhand dijadwalkan dalam 4 fase mulai 29  April. Pemilih Kristen adalah penting di lima daerah pemilih yang didominasi Kristen yang hanya para calon suku dapat bersaing. Dari lima daerah pemilihan ini, partai daerah Jharkhand Mukti Morcha (JMM) meraih kursi dari Rajmahal dan Dumka tahun 2014, sementara tiga lain – Khunti, Lohardaga dan Singhbhum – memilih BJP.

“Tidak tepat jika menuduh orang Kristen menentang partai Hindu itu. Jika kasusnya seperti itu, BJP tidak akan meraih kursi Khunti di 2014,” kata Mgr Vincent Barwa, uskup keuskupan Simdega.

Daerah pemilihan di Khunti meliputi distrik Khunti dan distrik Simdega, benteng Kristen. Sementara Kristen memiliki seperempat dari  500.000 penduduk di Khunti, lebih dari setengah 600.000 orang di Simdega adalah Kristen.

Itu bukti dari hasil pemilu sebelumnya bahwa orang Kristen memilih BJP di daerah pemilihan ini setelah tergoda janji partai itu. Namun, rakyat secara umum tidak suka karena salah atur dan pelecehan,” kata uskup itu, seraya menambahkan BJP “membuat hidup orang Kristen menyedihkan.”

Pemerintah bertindak dengan tujuan satu-satunya untuk memecah belah orang suku Kristen dan non Krosten untuk pemilihan, kata Uskup Barwa.

Dengan fokus untuk menindas orang Kristen, pemerintah negara itu menetapkan UU anti-konversi yang mengkriminalkan orang masuk agama lain tanpa menginformasikan para pejabat pemerintah, kata prelatus itu.

Pemerintah negara itu dengan bantuan New Delhi memerintahkan penyelidikan tentang bantuan asing bagi LSM Kristen dan memenjarakan para biarawati dan imam Katolik terkait tuduhan tersebut, kata uskup itu.

“Kami para pejabat Gereja tidak akan meminta umat Katolik memilih partai tertentu. Gereja menyerahkan kepada umat untuk memilih para calon mereka,” kata uskup.

Juru Bicara Kongres Jharkhand Kishor Nath Shahdeo mengatakan kepada media bahwa orang Kristen secara tradisional menentang BJP. Tahun 2014, BJP mendapat suara Kristen tapi kali ini berbeda karena cara BJP menyinggung orang Kristen, katanya.

Supriyo Bhattacharya, juru bicara Jharkhand Mukti Morcha, mengatakan BJP mengetahui bahwa partai itu tidak akan mendapat dukungan orang Kristen.

BJP “dendam” terhadap komunitas itu terkait sejumlah isu dan orang suku di seluruh Jharkhand marah dengan BJP “karena partai ini mencaplok lahan mereka,” kata Bhattacharya.

Ia mengacu pada UU yang diamandemen pemerintah negara itu menghapus batasan penjualan dan akuisisi tanah suku.  Para pemimpin suku mengatakan amandemen itu bertujuan mencaplok lahan mereka untuk diserahkan kepada para penambang dan perusahaan besar.

Protes tersebut dipelopori sejumlah organisasi Kristen, memaksa pemerintah menarik dukungan kepada BJP.

“Pemerintah negara bagian itu menganiaya orang-orang Kristen dengan segala cara yang mungkin menentang langkahnya untuk mengubah undang-undang agraria,” kata Pastor Xavier Soreng SJ, seorang aktivis sosial di Ranchi.

Banyak warga suku tidak suka dengan kebijakan  BJP dan itu tercermin dalam pemilu kali ini, katanya kepada ucanews.com.

Jangan lewatkan

Dapatkan info terbaru secara gratis lewat newsletter UCAN Indonesia disini

Podcasts
Donation
© UCAN Indonesia 2024. | Kontak | Tentang | Syarat dan Ketentuan | Privasi