UCAN China ucanews.com
UCAN Indonesia

Karitas bantu pemberantasan buta huruf

September 12, 2011

Karitas bantu pemberantasan buta huruf

Anak-anak belajar di sekolah yang dikelola Caritas di pedesaan di Banglades.

Karitas Banglades bergabung dengan pejabat pemerintah dalam mendukung  rencana untuk ‘melek baca-tulis’ hingga  2014, pada sebuah acara pekan lalu dalam rangka Hari Aksara Internasional di ibukota negara itu.

Afsarul Amin, menteri pendidikan dasar dan umum, mengatakan kepada para pendidik, pejabat pemerintah dan anggota LSM di auditorium Osmani memorial bahwa pendidikan adalah penting bagi pembangunan bangsa.

“Tanpa baca-tulis tidak ada bangsa yang maju. Pemerintah sedang bekerja keras untuk mencapai  tujuan itu hingga 2014,” katanya.

“Tahun ini hampir 100 persen anak telah mendaftar di sekolah. Saya secara khusus berterima kasih kepada para staf LSM yang membantu mewujudkan hal itu.”

Ia menambahkan bahwa baca-tulis juga merupakan bagian integral dalam mencapai dan mempertahankan perdamaian.

Shishir Rozario, koordinator proyek pendidikan Karitas yang menghadiri acara itu, mengatakan kelompok itu adalah satu dari sekian banyak LSM yang  bekerja di negeri itu yang fokus pada isu-isu pendidikan, dan akan terus membantu pemerintah  dalam mencapai  tujuannya hingga tak ada buta huruf.

“Sejak tahun 1983 kami bekerja untuk memberantas buta huruf  untuk membantu pemerintah. Saat ini kami mengelola 463 sekolah di berbagai wilayah negeri itu yang bermanfaat bagi 27.780 siswa miskin.

Badan Pendidian non Formal pemerintah memperkirakan bahwa tingkat melek baca-tulis saat ini mencapai 53 persen, dengan estimasi  bahwa 37,3 juta orang benar-benar masih buta huruf.

Supti Biswas, seorang guru di  Dhaka, mengatakan kemiskinan tetap menjadi sebuah tantangan untuk mencapai target tujuan pendidikan.

“Orang miskin enggan  mengirim anak-anak mereka ke sekolah. Lebih jauh lagi, mereka belum sadar akan dampak buruk dari  buta huruf.”

Wanita itu mengatakan sejumlah orangtua menganggap pelajaran seperti musik dan kesenian sebagai sesuatu yang tak berguna atau sia-sia.

Ia menambahkan sekolah-sekolah  Karitas juga menyediakan kurikulum tambahan, termasuk musik dan kesenian, untuk menumbuhkan intelektual siswa.

Kebanyakan sekolah  Karitas berlokasi di daerah-daerah miskin dan terpencil  dimana fasilitas pemerintah belum terjangkau.

“Kami membuat sekolah sebagai sebuah pengalaman yang menyenangkan bagi anak-anak. Maka kami coba melakukannya dengan sebuah cara yang mereka cintai,” kata Rozario.

Sumber: Caritas to aid state education goals

Jangan lewatkan

Dapatkan info terbaru secara gratis lewat newsletter UCAN Indonesia disini

Podcasts
Donation
© UCAN Indonesia 2024. | Kontak | Tentang | Syarat dan Ketentuan | Privasi