UCAN China ucanews.com
UCAN Indonesia

Sekolah agama jadi tumpuan bagi orangtua sibuk

Nopember 18, 2011

Sekolah agama jadi tumpuan bagi orangtua sibuk

Anak-anak ikut lomba Kitab Suci

Saat ini, sebagai orangtua menghabiskan sebagian besar waktu mereka untuk bekerja. Mereka merasa lebih senang lagi karena sekolah-sekolah mengajar anak-anak mereka tentang malaikat dan rasul-rasul, dan bagaimana untuk hidup sesuai dengan Kitab Suci.

Kristina Pujaningrum, yang putrinya kelas enam di sebuah sekolah Katolik di Bekasi, Jawa Barat, mengatakan bahwa sekolah Katolik mungkin satu-satunya tempat dimana pelajaran agama diajarkan dengan baik.

“Memang sekolah umum membuat anak-anak Anda lebih cerdas dalam matematika dan sains, tapi saya pikir lebih sulit untuk menanamkan nilai-nilai agama di tengah modernitas. Jadi itulah mengapa saya memutuskan untuk mendaftarnya di sebuah sekolah Katolik,” katanya.

Di sekolah itu, Kristina mengatakan bahwa selain memiliki dua sampai tiga jam pelajaran agama sehari, putrinya menghadiri doa pagi setiap hari, doa harian dan Misa Hari Minggu.

Kristina mengatakan dia yakin bahwa anaknya mendaftar di sebuah sekolah Katolik tidak akan mengubah dirinya menjadi anak kurang toleran. “Dengan cara apapun saya tidak akan mengekangnya untuk berteman dengan anak-anak beragama lain,” kata Kristina kepada The Jakarta Post.

Trisnawieta Eviany, seorang ibu berusia 37 tahun, yang tinggal di Kelapa Dua, Depok, mengatakan bahwa tidak ada seorang pun dalam keluarganya memiliki pengetahuan cukup tentang agama untuk mengajar anak-anak mereka, sehingga mereka dikirim ke sekolah Islam Nurul Fikri.

“Saya tahu mereka berada di tangan yang baik dan saya percaya sekolah ini dapat memberi mereka dasar yang kuat untuk kehidupan mereka berdasarkan nilai-nilai Islam,” katanya.

Trisnawieta mengatakan bahwa nilai-nilai Islam yang dipelajari di awal kehidupan mereka bisa membantu membentuk dua putranya menjadi orang yang berkepribadian baik.

“Saya hanya ingin mereka berperilaku baik, dan salah satu cara untuk melakukannya adalah melalui agama. Dan saya ingin memperkenalkan agama kepada mereka sejak usia dini meskipun  membutuhkan waktu yang sangat lama bagi seseorang untuk bisa menggunakan agama dan menjadinya sebagai acuan utama,” katanya.

Trisnawieta mengatakan bahwa meskipun memiliki beberapa program intensif tentang nilai-nilai Islam, dia tidak khawatir tentang dua anaknya akan dicekokin dengan ajaran Islam yang bisa mengubah mereka menjadi ekstrimis.

“Sekolah itu secara intensif berkomunikasi dengan orangtua. Mereka memberitahu kami tentang bahan yang diajarkan di kelas. Jadi saya cukup yakin bahwa sekolah tidak punya niat untuk mengubah mereka menjadi siswa ekstrimis,” katanya.

Rektor Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Komaruddin Hidayat mengatakan guru di sekolah-sekolah agama memegang kunci untuk menciptakan siswa yang inklusif. “Dengan guru yang baik, siswa dapat menjadi toleran. Sebaliknya, jika guru terlalu eksklusif, mereka akan mengajarkan anak-anak berpikiran sempit,” katanya.

Sumber: Religious schools thrive as parents busy

Jangan lewatkan

Dapatkan info terbaru secara gratis lewat newsletter UCAN Indonesia disini

Podcasts
Donation
© UCAN Indonesia 2024. | Kontak | Tentang | Syarat dan Ketentuan | Privasi