UCAN China ucanews.com
UCAN Indonesia

Pemilu Bertepatan dengan Semana Santa, Umat Katolik Diminta Tetap Mencoblos

April 3, 2019

Pemilu Bertepatan dengan Semana Santa, Umat Katolik Diminta Tetap Mencoblos

Saat prosesi Jumat Agung, patung Tuan Ma (Bunda Maria) dan Tuan Ana diarak mengelilingi Larantuka. (ucanews.com)

Komisi Pemilihan Umum menolak permintaan dari umat Katolik di Flores Timur untuk mengubah jadwal pemilu di wilayah mereka pada 17 April, yang bertepatan dengan hari pertama penyelenggaraan Semana Santa.

Tradisi yang telah berusia berabad-abad itu dimulai pada hari Rabu, yang disebut Rabu Trewa dalam Pekan Suci. Biasanya, sekitar 10.000 peziarah dari seluruh Indonesia ikut dalam tradisi ini, yang mencapai puncaknya pada Jumat Agung, ketika prosesi laut dilangsung di pagi hari.

Para pemimpin lokal, yang sebelumnya telah mendapat desakan dari Gereja untuk mengajukan permohonan perubahan jadwal itu, menyampaikan permintaan dalam pertemuan dengan KPU di Jakarta pada 28 Maret.

Namun, KPU menolak permintaan itu tetapi mengatakan mereka membuat kebijakan  khusus agar pencoblosan tidak terlalu mengganggu pelaksanaan Semana Santa.

 “Kami akan memulainya lebih awal dan memperbanyak tempat pemungutan suara, agar proses perhitungan suara dapat berjalan lebih cepat,” kata Arief Budiman, Ketua KPU.

Saat prosesi laut pada Jumat Agung, patung Tuan Meninu (Bayi Yesus) diarak dengan perahu untuk bertemu dengan Tuan Ma (Bunda Maria) (Foto: ucanews.com)

“Kami berupaya agar tidak menggangu penyelenggaraan upacara keagamaan,” katanya.

Rekapitulasi suara, jelas Arief, juga dilangsung pasca Paskah.

Bupati Flores Timur, Anton Hadjon, mengatakan menerima keputusan tersebut, meski dengan terpaksa.

“Saya tetap kecewa kepada KPU sebagai penyelenggara tidak memperhatikan hari-hari besar umat beragama di Indonesia,” katanya. 

“Masalah ini sudah sering disampaikan setiap kali jelang pemilu. Saya harapkan ke depan tidak boleh terjadi lagi. Penetapan jadwal pemilu harus juga memperhatikan hari-hari besar keagamaan,” katanya.

Kebijakan ini dikuatirkan oleh banyak pihak akan mengurangi partisipasi pemilih.

Komisioner Bawaslu NTT, Jemris Fointuna mengatakan dengan jadwal yang bertabrakan itu,  partisipasi pemilih terancam menurun.

“Ketika orang diberi dua pilihan, beribadah atau ke ke tempat pemungutan suara, mereka dipastikan akan memilih beribadah,” katanya.

Ketakutan yang sama ini juga tercermin secara nasional, di mana banyak orang Kristen akan memilih berlibur saat hari pemilu.

Romo Paulus Christian Siswantoko, sekertaris eksekutif Komisi Kerasulan Awam Konferensi Waligereja Indonesia meminta agar umat Katolik, khususnya di Flores Timur, tetap berupaya mencoblos.

“Tentu saja ibadah penting, namun umat Katolik diharapkan tetap berupaya ikut dalam pencoblosan, sebagai bentuk kontribusi bagi masa depan bangsa,” katanya.

Ia juga meminta agar penyelenggara pemilu memastikan bahwa mereka menyiapkan semua hal dengan baik agar umat bisa dengan cepat menyalurkan hak pilihnya.

Ia mengingatkan, waktu untuk rekapitulasi yang ditunda setelah Paskah juga akan rawan memicu persoalan.

“Aparat harus memastikan bahwa tidak akan terjadi kecurangan,” tegasnya.

Survei oleh Center for Strategic and International Studies (CSIS) yang dirilis minggu lalu menyimpulkan bahwa 13,1 persen atau lebih dari tiga juta orang Kristen akan memilih untuk pergi berlibur pada hari pemilu.

Jumlah orang Kristen di Indonesia kira-kira sekitar 23 juta orang, di mana 7-8 juta adalah umat Katolik.

Jangan lewatkan

Dapatkan info terbaru secara gratis lewat newsletter UCAN Indonesia disini

Podcasts
Donation
© UCAN Indonesia 2024. | Kontak | Tentang | Syarat dan Ketentuan | Privasi