UCAN China ucanews.com
UCAN Indonesia

Membantu remaja atasi dampak buruk Facebook

September 5, 2011

Membantu remaja atasi dampak buruk Facebook

Dalam sebuah sesi program konseling yang diadakan oleh Caritas-Colombo,  para remaja dan orang dewasa mendapat bantuan bagaimana menghadapi era kebangkitan komunikasi digital, Internet, jaringan sosial – dan berbagai  masalah yang ditimbulkan.

Dengan kemampuan jaringan ini menjaring pengguna dalam waktu singkat,  komunikasi terus-menerus dengan keluarga dan teman-teman dari seluruh dunia, jaringan sosial seperti  Facebook telah menjadi sebuah fenomena  pada abad ini. Di  Sri Lanka, kini ada lebih dari sejuta pengguna  Facebook, 48 persen dari mereka berusia 16- 24 tahun.

Namun, tidak semua dampaknya menguntungkan. “Saya telah menjumpai sejumlah orang muda yang telah kehilang arah akibat terobsesi dengan Facebook dan  hal-hal mengganggu lainnya,” kata  Dilini Gunasekera, seorang konselor Caritas.

“Mereka tidak bisa menyerap apa yang diajarkan di sekolah dan kebiasaan ini telah berdampak pada hubungan keluarga mereka. Mereka tidak punya waktu  untuk bercerita dengan orangtua mereka karena begitu tiba di rumah mereka  buru-buru ke  kamar mereka untuk bertemu teman-teman melalui  Facebook, chatting online dan  SMS.”

Akses bebas terhadap  pornografi dan hubungan  yang tidak pantas yang mereka mulai melalui internet adalah juga isu-isu yang menimbulkan keprihatinan yang luas. Polisi Sri Lanka mengatakan mereka telah menerima lebih dari 1.000 pengaduan terhadap Facebook.

Kasus-kasus yang terparah diinvestigasi oleh  Unit Kejahatan Serius. Sementara, Rohana Palliyaguru, seorang konsultan keamanan informasi senior, mengatakan “kami menyarankan para pengguna  Facebook mengadu secara langsung kepada perusahaan Amerika Serikat itu jika mereka merasa privasi mereka dilanggar.”

“Biro kami menerima pengaduan dari masyarakat soal pembobolan (hacking) ke dalam akun para gadis belia dan mengubah status mereka, atau mengambil foto-foto mereka dan  membuat profil-profil palsu, kemudian  memeras mereka.”

Kasus-kasus itu menunjukkan bahwa  bimbingan dan konseling bagi umat Katolik sangat dibutuhkan saat ini, demikian Malkanthi Fernando, koordinator psikologi Caritas-Colombo.

Suster Fatima Nayaki dari tarekat  Apostolic Carmel, seorang anggota tim konseling, menambahkan bahwa  di waktu lain, anak-anak belajar dari para guru mereka di sekolah dan  orangtua mereka di rumah. Pada saat mereka dihadapkan pada hal-hal yang tidak perlu melalui internet, mereka  kehilangan arah. Mereka perlu bimbingan dan kadang-kadang konseling.”

Dalam menanggapi hal itu, Caritas telah mendirikan tiga pusat di Colombo, Negombo dan Gampaha. Meskipun pusat itu terbuka bagi orang dari segala umur, namun pengunjung utama adalah para remaja dan yang beranjak dewasa.
Fernando mengatakan bahwa, masing-masing tiga pusat memiliki sekitar  1.000 klien yang menerima bantuan. “Orang mengetahui tentang pelayanan itu melalui surat kabar Katolik dan para imam setempat,” kata wanita itu.

Kemudian Fernando menjelaskan strategi  Caritas-Colombo dalam memperluas jangkauan pelayanan. “Sebagai langkah pertama kami telah melibatkan guru katekis untuk sesi-sesi itu,” katanya.

“Melalui mereka kami bisa berhubungan dengan lebih banyak kaum muda. Kami sudah mengadakan sesi bagi orang muda dan rencana kami adalah melibatkan lebih banyak orang muda di berbagai tempat.”

“Pelayanan ini bagus,” kata Anne Perera, seorang klien. “Selama ini, semua kita dapat sebagai Katolik adalah pengakuan dosa. Tapi kini pusat ini memberi nilai tambah, karena kita mendapat bimbingan psikologi di sini.”

Sumber: Combating anti-social networking

Jangan lewatkan

Dapatkan info terbaru secara gratis lewat newsletter UCAN Indonesia disini

Podcasts
Donation
© UCAN Indonesia 2024. | Kontak | Tentang | Syarat dan Ketentuan | Privasi