UCAN China ucanews.com
UCAN Indonesia

Komik ajarkan toleransi pada siswa Indonesia

September 6, 2011

Komik ajarkan toleransi pada siswa Indonesia

Gambar dari Search For Common Ground

Ketika para santri di Pondok Pesantren As-Salam terlibat dalam sebuah pertengkaran tentang pilihan musik,  kepala sekolah mereka mengutip apa yang dikatakan Nabi Muhammad: “ Perbedaan di kalangan para penganut saya adalah rahmat [Tuhan].’  Jadi mengapa kalian harus bertengkar satu sama lain tentang perbedaan kalian?” lapor Anita Rachman & Nurfika Osman dari The Jakarta Globe.

Akhirnya, para santri itu membentuk sebuah band, dengan menyanyikan lagu-lagu berbahasa Inggris dengan diiringi rebana. Mereka juga bersahabat dengan seorang anak laki-laki keturunan Tionghoa yang punya akses ke studio rekaman.

Di tengah kondisi radikalisme Islam dan intoleransi agama akhir-akhir ini, gambaran di atas membawa perubahan yang menyegarkan. Setidak-tidaknya kalau itu memang benar-benar terjadi.

As-Salam dan para siswanya adalah  tokoh fiksi yang diambil dari sebuah seri buku yang diterbitkan oleh kelompok Search for Common Ground, sebuah organisasi internasional non-pemerintah yang berpusat di Washington dan Brussels.

Buku-buku komik dan kisah-kisah inspirasi disumbangkan akhir bulan lalu kepada 3.500 siswa di sembilan pesantren dan sekolah negeri di Madura, Jawa Timur, Yogyakarta dan Lombok, NTB. Tujuan program itu adalah mendorong para siswa menggunakan pelajaran dari buku-buku komik itu dalam hidup mereka.

Proyek, yang didukung oleh Departemen Amerika Serikat itu, bertujuan untuk menjinakkan gejala-gejala intoleransi yang bertumbuh di Indonesia, termasuk bentrokan akhir-akhir ini yang melibatkan kelompok-kelompok radikal dan komunitas-komunitas dari agama dan keyakinan berbeda. Proyek itu bertujuan mendorong orang muda merefleksikan tentang pandangan mereka terhadap orang yang berbeda dengan mereka.

Dewi Wijayanti, seorang staf SFCG, mengatakan buku-buku komik itu bukan hanya untuk para siswa SMA dan bisa juga dibagikan kepada teman-teman mereka.

Sebagai bagian dari proyek itu, para siswa diminta membahas pesan-pesan penting dalam setiap buku komik dalam sebuah diskusi yang dipandu oleh para guru.

“Buku-buku komik itu merupakan buku kedua kami. Kegiatan pertama kami adalah lomba debat bahasa Inggris yang dimulai tahun 2009 dan berakhir tahun lalu,” kata Dewi.

Lomba-lomba itu dirancang untuk memperkuat pemahaman toleransi dan pluralisme siswa dengan mengajak mereka untuk berdebat hal-hal penting, seperti pemerintah melarang jemaah Ahmadiyah, jika boleh umat Muslim memberikan suara untuk para pemimpin non-Muslim.

“Sebuah tim dalam setiap debat berargumen dari sisi positif dan yang lain dari sisi negatif,” kata Dewi. “Melalui diskusi-diskusi dan argumen-argumen mereka yang membangun, mereka belajar tentang banyak hal, seperti Ahmadiyah dan betapa pentingnya toleransi dan pluralisme.”

Selengkapnya: Comic books preach tolerance at Indonesia’s Islamic schools

Jangan lewatkan

Dapatkan info terbaru secara gratis lewat newsletter UCAN Indonesia disini

Podcasts
Donation
© UCAN Indonesia 2024. | Kontak | Tentang | Syarat dan Ketentuan | Privasi