UCAN China ucanews.com
UCAN Indonesia

Anak-anak pemulung antri mendapatkan nasi

September 7, 2011

Anak-anak pemulung antri mendapatkan nasi

Anak-anak antri untuk mendapat makanan

John-John Magpuyo, seorang anak berusia satu tahun dan memakai kemeja berwarna hijau yang ukurannya lebih besar dari badannya, berdiri di barisan depan dari 20 anak yang antri di Kapel St. Niño, tidak jauh dari TPA Inayawan di Cebu City, Filipina.

Kesabaran anak itu terbayar setelah seorang relawan menuangkan dua porsi nasi ke dalam sebuah mangkuk besar berwarna biru yang dibawa John-John. Kakaknya, Hernan, yang juga membawa mangkuk plastik, mendampinginya.

Bubur tiga mangkuk yang besar itu disantapnya kurang dari 30 menit.  Anak-anak itu meninggalkan kapel itu dengan membawa mangkuk dengan warna, bentuk dan ukuran berbeda-beda dengan bubur hangat setengah mangkuk.

Hernan mengatakan ia senang mendapat bubur untuk makan siang. Ia mengatakan orangtuanya, Mercy dan Romulo, adalah pemulung yang berpendapatan 200 peso (US$4,76)  per hari. Mereka biasanya makan nasi yang mereka temukan saat memulung dan sop sayur untuk makan siang.

Hernan tidak ingat lagi kapan terakhir ia makan makanan yang layak, namun seorang teman mengingatkannya bahwa hari itu mereka cukup beruntung mendapat roti berisi sosis (hotdog).

“Kadang-kadang kami mendapat roti berisi sosis,” kata Hernan.

“Kami ingin nasi,” kata Erlinda Juare berusia 36 tahun, ketika ditanya apa yang paling ia butuhkan.

Erlinda bekerja sebagai seorang pemulung sejak ia berusia enam tahun.  Ia ingat kembali bagaimana ia mengumpulkan sampah kertas dan menjual satu ikat untuk 20 centavos per kilo.  Kini harga kertas itu tidak berubah, katanya.

Ibu dari delapan anak itu mengatakan ia sering mendapat uang diantara 200 hingga 300 peso  per hari sebelum TPA itu ditutup. Penutupan itu telah membuatnya lebih sulit memperoleh uang.

Pendapatannya digunakan untuk membeli air minum seharga 1,50 peso per ember, satu kilogram ikan kering untuk seminggu dan sayur-mayur.

Pada hari-hari krisis, Erlinda hanya membeli saos ikan senilai satu peso untuk campur dengan bubur panas yang dibuat dari setengah kilogram beras untuk makan hari itu untuk satu keluarga yang terdiri dari 10 orang.

Suaminya, Leo, kini bekerja di TPA terpisah sebagai tukang potong kertas. Namun ia tidak menerima upahnya dua bulan lalu.

Margie Matheu, pengawas Yayasan San Pio Cebu yang menyediakan bubur di kapel itu, mengatakan untuk mendapat makan bagi keluarga seperti Erlinda adalah sebuah perjuangan yang terus menerus.

Ia mengatakan bubur itu adalah bagian dari sebuah proyek pemberian makanan yang merupakan gagasan dari “dua teman yang ingin membantu warga di Inayawan.”

Yayasan itu meminta para penerima untuk menyimpan uang yang mereka peroleh dan bekerja selama 600 jam untuk kerja sukarela.

Matheu mengatakan perlu mengajarkan orang keterampilan untuk hidup di masyarakat,  mendorong mereka bekerja dan menyimpan uang. “Beberapa dari mereka membutuhkan seseorang untuk tinggal disana dan mendampingi  mereka,”  tambahnya.

Program bantuan makanan itu adalah sebuah contoh kegigihan dan keterlibatan masysarakat, khususnya dari mereka yang telah melihat dan mengalami kesulitan mencari nafkah sebagai seorang pemulung.

“Proyek pemberian makanan itu dimulai karena Joy ingin memberikan [bubur] kepada anak-anak yang lapar. Ia mendapatkan [bubur] dan saya mendapatkan mereka yang lapar,” katanya.

“Rumah bukan merupakan keprihatinan utama kami sekarang, tapi makanan. [Kadang-kadang] asosiasi pengembang [real estate] memberi bantuan kepada 17 penerima berupa makanan setiap minggu,” kata Matheu.

“Kami memberikan prioritas kepada anak-anak yang membawa mangkuk, menyampaikan doa syukur, antri dan menyampaikan [terima kasih]. Kami hanya menghitung [berapa banyak yang datang], tanpa memanggil nama, tidak menanyakan tentang pendapatan. Itu adalah murni sebagai karya karitatif,” katanya.

Sumber: Food for Cebu’s young scavengers

Jangan lewatkan

Dapatkan info terbaru secara gratis lewat newsletter UCAN Indonesia disini

Podcasts
Donation
© UCAN Indonesia 2024. | Kontak | Tentang | Syarat dan Ketentuan | Privasi