UCAN China ucanews.com
UCAN Indonesia

Agama asli suku Dayak

September 27, 2011

Agama asli suku Dayak

Di desa Tumbang Saan dekat jantung hutan tropis Kalimantan, Udatn dianggap sebagai orang yang memiliki pengetahuan spiritual yang mendalam.

Dari semua orang di pemukiman kecil itu, ia melebihi yang lainnya dalam berbicara bahasa Sangiyang, yakni roh-roh dan para leluhur dari dunia atas sana, yang dikenal sebagai yang “Di Atas.”

Yang Di Atas adalah peran kunci dalam ritual Kaharingan, salah satu dari sejumlah nama bagi agama penyembahan leluhur dari orang suku asli Kalimantan, Dayak.

“Pada awalnya, ketika Allah memisahkan kegelapan dan terang, itu adalah Kaharingan,” kata Udatn, saat ia duduk sambil merokok di rumah panggungnya.

Pemerintah Indonesia mengatur setiap warga negara harus menganut salah satu dari enam agama resmi: Islam, Katolik, Protestan, Buddha, Konghucu atau Hindu. Kaharingan, seperti puluhan agama asli lainnya, tidak resmi.

“Umat Kristiani adalah salah satu yang masuk ke Kalimantan Tengah, dan kami masih dalam perjuangan mati-matian bersama mereka sekarang,” kata ketua dewan penasehat agama, Lewis Koebek Dandan Ranying.

Menurut Lewis, orang Dayak beragama Hindu selama berabad-abad. Mereka tidak mengetahui keyakinan mereka.

Keyakinan suku Dayak, katanya, diwariskan dari kerajaan Kutai, sebuah negara di Kalimantan bagian timur yang berasal dari abad keempat yang agamanya diimpor dari India.

Namun, masyarakat telah melihat iman mereka di bawah ancaman para pejabat melalui berbagai kebijakan.

“Ketika saya berada di sekolah, saya adalah seorang Katolik,” kata  Udatn. “Bagi kami, jika seseorang ingin tetap pergi ke sekolah maka mereka hendaknya masuk ke agama lain.”

Di atas kertas, kini sebagian besar rakyat Tumbang Saan pengikut Hindu, agama mayoritas di Pulau Bali.

Sejumlah orang Dayak telah berdebat untuk membuat Kaharingan sebagai agama resmi yang terpisah. Tapi, Udatn mengatakan Kaharingan masih miskin, terisolasi dan tidak berpendidikan untuk berdiri bersama agama-agama lain yang mapan. Untuk saat ini, katanya, kekuatan terletak pada adaptasi.

“Saya memberitahu mereka untuk tidak melakukannya. Kita perlu menunggu waktu kita.”

LINK: Borneo tribe’s version of Hinduism

Jangan lewatkan

Dapatkan info terbaru secara gratis lewat newsletter UCAN Indonesia disini

Podcasts
Donation
© UCAN Indonesia 2024. | Kontak | Tentang | Syarat dan Ketentuan | Privasi