UCAN China ucanews.com
UCAN Indonesia

Dalam keterbatasan seorang tunanetra berhasil menulis buku

Juni 18, 2012

Dalam keterbatasan seorang tunanetra berhasil menulis buku

 

Tunanetra bukan merupakan halangan utama bagi Rachel Stefanie Halim untuk mendapatkan pendidikan dan berkarya seperti halnya orang normal.

Dalam keadaannya sebagai penyandang tunanetra, yang lebih istimewa lagi  Rachel mampu menulis sebuah buku yang memberikan semangat pada dirinya dan juga mendorong orang lain, terutama sesama penyandang cacat.

Buku berjudul “Aku Buta Tapi Melihat” dengan tebal sekitar 200 halaman, berhasil diluncurkan pada Juni 2012, yang diterbitkan oleh PT Gramedia Pustaka Utama Jakarta.

Lahir di Sukabumi, Jawa Barat, sebagai anak kedua dari tiga bersaudara, wanita berusia 31 tahun itu terus bergelut dengan karyanya itu.

Pada usia enam tahun, Rachel pernah divonis oleh dokter bahwa ia akan menjadi buta karena kelainan pada retina matanya (Retinitis Pigmentosa).

“Saya dan orang tua begitu shock berat ketika mendengar vonis dari dokter, bahwa saya akan menjadi buta”, demikian pengakuan Rachel.

Segala macam pengobatan pernah diupayakan oleh orangtuanya, namun upaya tersebut tak pernah berhasil.

Perjalanan hidup sebagai penyandang tunanetra, bukanlah hal yang mudah bagi Rachel dan mungkin juga dialami para tunanetra lain. Mulai dari kesulitan memperoleh kesempatan pendidikan, mencari pekerjaan dan hidup bersama teman-teman seusianya.

“Banyak hambatan dan kesulitan yang harus kuhadapi, baik dari teman-teman yang sering mengejekku, maupun sistem pengajaran yang memang tidak dikhususkan bagi anak setengah buta sepertiku,” katanya.

Ia mengatakan, penglihatannya terus berkurang. Jalan sering dituntun. “Di kampus aku belajar seperti mahasiswa lainnya. Dalam ruangan dan sistem pengajaran yang sama. Hanya aku merekam pelajaran dengan tape recorder. Teman-teman di Legio Maria juga membantu merekamkan buku dan diktat. Saat ujian aku dibantu membacakan soal dan menuliskan jawaban lisanku dan menuliskan ke dalam lembar jawaban,” ungkap lulusan Universitas Katolik Atma Jaya Jakarta, Jurusan Bimbingan dan Konseling, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, 2003 ini.

Namun, semua dapat dilalui Rachel dengan baik, sehingga ia akhirnya menyandang gelar sarjana, dan hidup berbahagia sebagai seorang isteri dan ibu dari seorang anak.

“Berkat pertolongan Tuhan saya dapat bangkit dan menjalani hidup nyaris tanpa beban, seperti sekarang ini,” lanjutnya.

Setelah meraih gelar sarjana, Rachel bekerja sebagai resepsionis yang menerima telepon dan menerima tamu-tamu dari dalam dan luar negeri.

Rachel, yang saat ini bekerja di PT. Mulia Keramik Indahraya, berkat perjuangannya ia selalu diundang untuk memberikan kesaksian.

Teks Kitab Suci yang terus mendorongnya adalah 1 Kor 15, 10:  “Semua karena anugerah-Nya”.

Ia mengungkapkan harapannya bagi teman-teman yang mengalami cacat tidak boleh patah semangat. “Saya berharap semua teman-teman yang juga mengalami kecacatan dimanapun berada untuk tidak patah semangat,” demikian Rachel.

Yohannes Sugiyono Setiaidi, Jakarta

Jangan lewatkan

Dapatkan info terbaru secara gratis lewat newsletter UCAN Indonesia disini

Podcasts
Donation
© UCAN Indonesia 2024. | Kontak | Tentang | Syarat dan Ketentuan | Privasi