UCAN China ucanews.com
UCAN Indonesia

Keluarga Muslim cenderung memasukkan anak di sekolah Katolik

Desember 5, 2016

Keluarga Muslim cenderung memasukkan anak di sekolah Katolik

Para siswa Muslim di sekolah-sekolah Katolik bisa saja tidak menghadiri acara-acara keagamaan, namun mereka ingin turut serta, tutur seorang kepala sekolah.

 

Lebih dari 26.000 bocah Muslim terdaftar di sekolah-sekolah Katolik di Inggris dan Wales.

Untuk pertama kalinya sebuah sensus tahunan di sekolah-sekolah Katolik mengumpulkan informasi mengenai jumlah siswa dari agama-agama lain.

Kelompok terbesar murid-murid non-Katolik berasal dari ‘cabang’ agama Kristen lainnya, namun hampir sepersepuluhnya berasal dari keluarga-keluarga Muslim.

Pemerintah berencana untuk mendorong lebih banyak lagi sekolah-sekolah Katolik gratis yang dibuka.

Analisis ini menunjukkan bahwa, secara keseluruhan, hampir sepertiga dari lebih 850.000 murid dalam sistem sekolah Katolik tidak beragama Katolik – dari total hampir 290.000 siswa.

Mengubah populasi

Hal ini dapat mencerminkan perubahan demografi setempat dan migrasi – banyak sekolah Katolik melayani daerah yang mengalami penurunan jumlah keluarga-keluarga beragama Katolik.

Murid-murid Muslim merupakan kelompok non-Kristen terbesar, selain 63.000 siswa yang berasal dari keluarga-keluarga yang tidak beragama.

Finnuala Nelis, pimpinan St Patrick Catholic Voluntary Academy di Sheffield, mengepalai sebuah sekolah yang setengah dari murid-muridnya bukan penganut Katolik.

Ia mengatakan telah terjadi perubahan pada populasi setempat – dan dewasa ini para orangtua terkenal lebih memilih sekolah Katolik, meskipun mereka bukan Katolik.

Ini termasuk orang-orang beragama Kristen dari sejumlah Gereja Afrika dan juga siswa-siswi Muslim.

Ia mengatakan ada siswa-siswa Muslim yang beribadah di mesjid-mesjid setempat secara teratur, yang menghadiri layanan keagamaan Katolik di sekolah.

Berbicara dengan para orangtua

Para orangtua dari para siswa Muslim berhak untuk menarik anak-anak mereka agar tidak mengikuti perayaan keagamaan di sekolah, kata Nelis, tetapi mereka justru ingin anak-anak mereka ikut berpartisipasi.

“Ini bukan sebuah zona yang tidak nyaman” untuk berbicara tentang hal ini dengan para siswa atau orangtua, katanya.

Para orangtua Muslim juga bisa meminta agar anak-anak mereka libur dari sekolah pada hari-hari raya Muslim, seperti Idul Fitri.

Ia mengatakan bahwa para orangtua non-Katolik memilih sekolah karena etos dan ‘sistem nilai,’ serta reputasi sekolah Katolik untuk ‘standar pendidikan yang baik.’

Pemerintah ingin mengubah aturan bagi sekolah gratis untuk mendorong lebih banyak lagi sekolah-sekolah Katolik yang dibuka.

Pemerintah menganggap sekolah-sekolah Katolik menggabungkan keragaman etnis dengan standar yang tinggi. Di sekolah dasar Katolik, 37% siswa berasal dari etnis minoritas, lebih tinggi dari rata-rata nasional.

Tapi, muncul kritik bahwa memperluas sekolah agama akan mendorong segregasi sosial.

Daya tarik dari sekolah-sekolah Katolik untuk para keluarga Muslim mungkin juga mencerminkan fakta bahwa sekolah-sekolah Muslim sangat sedikit jumlahnya.

Di antara lebih dari 6.800 sekolah agama dalam sistem sekolah negeri, hanya ada 28 sekolah Muslim.

Paul Barber, Direktur Dinas Pendidikan Katolik, mengatakan sekolah-sekolah Katolik merupakan “lentera keragaman dan integrasi atas turun naiknya negara.” (BBC Indonesia)

 

Jangan lewatkan

Dapatkan info terbaru secara gratis lewat newsletter UCAN Indonesia disini

Podcasts
Donation
© UCAN Indonesia 2024. | Kontak | Tentang | Syarat dan Ketentuan | Privasi