UCAN China ucanews.com
UCAN Indonesia

Dituding sebagai tokoh kunci di balik aksi protes, imam Katolik di Sri Lanka diburu polisi

Agustus 1, 2022

Dituding sebagai tokoh kunci di balik aksi protes, imam Katolik di Sri Lanka diburu polisi

Pastor Amila Jeewantha Peiris berpidato di depan protes anti-pemerintah di Sri Lanka. (Foto: Amila Udagedera)

Para pembela hak asasi manusia (HAM) dan  pejabat Gereja di Sri Lanka prihatin terkait langkah polisi melakukan penggerebekan di sebuah gereja paroki terpencil yang diduga dalam rangka mencari seorang imam Katolik yang dianggap sebagai tokoh kunci dalam protes anti-pemerintah di negara yang tengah dilanda krisis itu.

Pada 27 Juli polisi menggerebek gereja di Ratnapura, Provinsi Sabaragamuwa, Sri Lanka, untuk mencari Pastor Amila Jeewantha Peiris, menurut laporan media.

Penggerebekan itu terjadi dua hari setelah pengadilan Sri Lanka memberlakukan larangan bepergian ke luar negeri  terhadap imam berusia 45 tahun itu dan lima aktivis lainnya karena mereka diduga berpartisipasi  dalam “unjuk rasa yang melanggar hukum dan merusak properti publik” selama aksi tersebut pada Juni.

Pastor Peiris  berada di garis depan dalam aksi protes anti-pemerintah selama berbulan-bulan di Galle Face Green di Kolombo, ibu kota negara itu yang berhasil  menggulingkan dinasti keluarga Rajapaksa yang telah lama berkuasa dan disalahkan atas krisis ekonomi terburuk di negara itu.

Protes massal di negeri itu memaksa Presiden Gotabaya Rajapaksa meninggalkan negaranya dan mengundurkan diri. Pekan lalu, parlemen memilih mantan Perdana Menteri Ranil Wickremesinghe sebagai presiden baru. Namun, protes terus berlanjut menuntut pengunduran diri Wickremesinghe, yang dikenal sebagai loyalis dinasti Rajapaksa.

Aktivis HAM terkemuka Ruki Fernando mengatakan tindakan polisi terhadap Pastor Peiris benar-benar tidak dapat diterima.

Ia juga mengatakan imam itu adalah salah satu dari sedikit imam Katolik Sinhala yang telah menghabiskan waktu bertahun-tahun melayani komunitas minoritas di Utara dan Timur negara itu yang didominasi Tamil yang dirusak oleh perang saudara selama beberapa dekade yang memecah belah  Sri Lanka.

Imam itu dicintai oleh para klerus, religius dan awam Tamil, kata Fernando, seorang konsultan Komisi Keadilan, Perdamaian dan Keutuhan Ciptaan dari Konferensi Pemimpin Tarekat Religius.

“Dia menghadapi pembalasan atas komitmennya yang tak tergoyahkan demi perjuangan rakyat. Saya berharap para pemimpin Gereja dan semua orang mendukung dan melindungi dia, seperti yang telah dia lakukan untuk orang lain,” katanya kepada UCA News.

Fernando telah bekerja dengan Pastor Peiris dalam misi mendukung korban kebrutalan polisi dan baru-baru ini dalam protes massa.

Fernando mengatakan imam itu melayani di salah satu paroki yang paling terpencil dan miskin di Keuskupan Ratnapura, melayani para pekerja teh dan mendidik anak-anak.

Dia juga mengunjungi Kolombo dan bagian lain negara itu, bergabung dan mendukung perjuangan rakyat untuk hak dan keadilan, kata Fernando.

Pastor Hari Haran Rajapriyar dari Keuskupan Ratnapura mengaku terkejut dengan upaya penangkapan rekannya itu.

Pastor Peiris “menyukai gerakan non-kekerasan Mahatma Gandhi dan perlawanan Nelson Mandela,” kata Pastor Rajapriyar.

“Orang-orang miskin memprotes meminta hak untuk hidup (makanan dan bahan bakar). Para penguasa telah menipu rakyatnya selama 74 tahun terakhir, mereka tidak boleh mengintimidasi dan menangkap para pengunjuk rasa yang tidak bersalah tetapi berpikir dan berencana menyediakan kebutuhan dasar bagi rakyat  Sri Lanka.”

Para politisi harus berhenti “menggunakan terorisme yang disponsori negara bagi orang yang tidak bersalah,” kata imam itu.

Uskup Keuskupan Ratnapura, Mgr. Cletus Chandrasiri mengatakan dia terus-menerus berdoa untuk Pastor Peiris dan akan melakukan upaya untuk melindunginya.

“Kita harus melindungi imam itu,” kata Uskup Chandrasiri.

Terrence Shanaka, seorang awam Katolik yang pernah bekerja dengan Pastor Peiris, menulis di Facebook bahwa imam itu telah berkorban bagi bangsa.

“Imam itu adalah orang suci yang hidup. Saya telah melihat seorang pria yang menghayati Injil. Dia menghidupi apa yang dia khotbahkan,” kata Shanaka.

N. Gunawardena, seorang mahasiswa mengatakan imam itu tidak pernah meninggalkan para pengunjuk rasa meskipun situasi sulit seperti kekerasan dan tembakan gas air mata oleh polisi.

“Bahkan di tempat di mana kami kehilangan kesabaran, ketika kami melihat Pastor Jeewantha, dia menciptakan citra yang luar biasa di benak kami untuk menenangkan kami,” katanya.

Imam itu mengatakan dia takut akan penindasan. Tidak ada yang bisa menyentuh tubuh saya kecuali Tuhan mengizinkannya.

“Jika Tuhan membutuhkan hidup saya untuk memenuhi misinya saat ini, saya tidak akan khawatir tentang hidup saya sama sekali,” kata Pastor Peiris baru-baru ini.

Sumber: Police-hunt-for-sri-lankan-priest-deplored

 

Jangan lewatkan

Dapatkan info terbaru secara gratis lewat newsletter UCAN Indonesia disini

Podcasts
Donation
© UCAN Indonesia 2024. | Kontak | Tentang | Syarat dan Ketentuan | Privasi