Prefek Dikasteri Komunikasi Sosial Vatikan, Paolo Ruffini, mengatakan kepada sekelompok para uskup Asia bahwa Gereja harus berkomunikasi melalui cinta dan berbagi daripada teknologi dan teknik.

Ruffini berbicara pada pembukaan program pada 15-20 April yang diselenggarakan oleh Institut Komunikasi Sosial Konferensi-konferensi Waligereja, yang berada di bawah Kantor Komunikasi Sosial Federasi Konferensi-konferensi Waligereja Asia (FABC) di Bangkok.

“Evangelisasi tidak bergantung pada media,” dan “rahasia komunikasi bukanlah teknik melainkan cinta,” kata Ruffni kepada 13 uskup yang menghadiri program tersebut.

Gereja membutuhkan pelajaran dari Asia mengenai persekutuan, kata Rufini, seraya menambahkan Asia berkembang pesat dalam komunikasi.

Kata komunikasi berasal dari kata Latin “communicare,” yang berarti ‘menyampaikan’ atau berbagi, kata Ruffini dan meminta para uskup untuk menekankan konsep berbagi dan kebersamaan untuk komunikasi yang lebih baik.

“Komunikasi Kristiani, seperti komunikasi Kristus, harus ditandai dengan penyerahan diri dan bukan kepuasan diri yang lazim dalam bisnis dan pemasaran,” katanya.

Sebelum adanya internet dan jaringan media sosial, Gereja ada sebagai sebuah jaringan. Namun, Gereja harus merencanakan untuk menyambut budaya digital untuk “menginjili dunia dan memperkuat persekutuan di antara semua orang,” kata Ruffini.

Budaya digital selalu berubah, dan sebagai Gereja, “kita harus menginjilinya dengan cinta, persekutuan, dan keadilan sosial.”

Ruffini menekankan semua umat Kristiani adalah “misionaris digital, dipanggil untuk menjadi murid-murid di lingkungan tempat mereka berada — paroki, sekolah, dan bahkan media sosial.”

Program lima hari ini merupakan program kesembilan dan didasarkan pada tema: Synodal Church: Episcopal Ministry and Communication.

Sumber: Vatican official wants asian bishops to communicate with heart