UCAN China ucanews.com
UCAN Indonesia

Mengenakan kerudung dan salib, biarawati ini dilarang ikut ujian

Juli 28, 2015

Mengenakan kerudung dan salib, biarawati ini dilarang ikut ujian

Seorang biarawati Katolik di India baru-baru ini dilarang masuk ke ruang ujian karena mengenakan kerudung dan salib. Hal ini menimbulkan perdebatan karena setiap orang memiliki hak untuk mempraktikkan imannya di negara sekuler itu, kata pemimpin Gereja Katolik di India.

Gereja tidak ingin “membuat kontroversi atas insiden  ini,” kata Kardinal Baselios Cleemis, ketua presidum Konferensi Waligereja India.

Namun, pelarangan ini  menimbulkan pertanyaan apakah pihak berwenang “menargetkan simbol-simbol agama atau kegagalan pelaksanaan ujian”, katanya.

Seperti diketahui, pada 23 Juli lalu, Suster Seba, 29,  dilarang  mengikuti Tes Masuk Pra-medis di India karena ia mengenakan kerudung  dan salib yang merupakan  kebiasaan dari terekatnya.

Tes nasional, ujian kualifikasi untuk penelitian medis,  digelar kembali karena terjadi kecurangan massal pertama kalinya. Mahkamah Agung India telah memerintahkan ujian ulang dan menegaskan  ujian diawasi dengan ketat  setelah siswa menggunakan perangkat elektronik canggih untuk menipu.

Dua gadis Muslim yang mengenakan jilbab juga dilarang mengikuti tes sesuai keputusan Mahkamah Agung.

Pihak berwenang di pusat pemeriksaan di Thiruvananthapuram, ibukota negara bagian Kerala,  mengatakan kepada suster itu bahwa ia tidak akan diizinkan mengikuti tes dengan menggunakan kerudung dan salibnya karena putusan pengadilan. Mereka juga mengatakan bahwa dia tidak bisa mengikuti tes di ruang yang terpisah, kata Suster Seba kepada ucanews.com.

“Saya menolak untuk menanggalkan kerudung dan salib karena dua simbol ini merupakan kewajiban  saya sebagai seorang biarawati. Saya berkonsultasi dengan atasan saya dan mereka juga mendukung keputusan saya,” katanya.

Kerudung  “tidak dapat ditanggalkan begitu saja seperti topi. Ini memiliki banyak makna, yang lain mungkin tidak mengerti,” tambah suster itu.

Kardinal Cleemis mengatakan bahwa masalah seperti itu “tidak hanya  dibahas oleh para imam, religius, dan Gereja Katolik”, tetapi harus menjadi bahan diskusi bagi masyarakat sipil yang lebih luas karena hal ini terkait dengan  hak-hak orang untuk mempraktekkan iman mereka di negara multi-agama, katanya dalam sebuah pernyataan.

Sekitar 600.000 siswa mengikuti ujian selama  tiga jam  di pusat-pusat di seluruh negeri itu.

Satya Das, kepala sekolah Jawahar Central, di mana biarawati itu mengikuti  ujian, mengatakan mereka akan mengizinkan suster itu mengikuti ujian jika dia telah menyerahkan kerudung dan salib  kepada biarawati lain, namun biarawati itu menolak, kata Das.

“Saya tidak bisa membiarkan dia  seperti itu sesuai arahan yang diberikan kepada kami,” kata Das, yang juga seorang Kristen.

Sumber: ucanews.com

 

Jangan lewatkan

Dapatkan info terbaru secara gratis lewat newsletter UCAN Indonesia disini

Podcasts
Donation
© UCAN Indonesia 2024. | Kontak | Tentang | Syarat dan Ketentuan | Privasi