UCAN China ucanews.com
UCAN Indonesia

Uskup desak kaum muda meningkatkan ‘dialog antaragama’

Pebruari 3, 2015

Uskup desak kaum muda meningkatkan ‘dialog antaragama’

 

Ketua Gerakan Pemuda Katolik India, Uskup Hendry D’Souza dari Bellary,  mengangkat suaranya tentang perlunya toleransi beragama dan dialog antaragama di India.

“Kerukunan sosial tidak harus menjadi tanggung jawab pemerintah saja, tidak semua warga negara memiliki tugas yang merupakan panggilan  untuk menegakan hak asasi  dan menjamin semua masyarakat menikmatinya tanpa diskriminasi, terutama minoritas dan mereka yang lemah,” kata Uskup D’Souza, Sabtu.

Dia mengacu pada pidato Presiden AS Barack Obama kepada rakyat India, yang disampaikan selama kunjungan dua hari di India.

Pada kunjungannya tersebut Presiden Obama mengatakan Amerika Serikat dan India adalah “mitra yang baik” dan mendorong para pemimpin muda.

Dia juga mengaku pentingnya kebebasan beragama di antara kedua negara, dan persatuan termasuk agama.

Uskup D’Souza memuji pidato tersebut dan mendapat sambutan hangat dari para pemuda India.

Gerakan Pemuda Katolik India memiliki anggota lebih dari 50.000 orang.

“Para pemimpin agama memiliki tugas tambahan untuk membangun bersama sesama umat beriman untuk memperlakukan semua agama dengan hormat dan menghindari segala bentuk intoleransi,” kata Uskup D’Souza.

“Tanpa curiga satu sama lain sebagai musuh, pengikut agama harus melawan musuh bersama seperti kemiskinan, penyakit, sistem kasta tidak manusiawi, aborsi, kekerasan terhadap perempuan, dan degradasi lingkungan.”

Toleransi agama adalah penting di India yang mayoritas beragama Hindu karena peningkatan serangan radikal Hindu terhadap anggota agama minoritas.

Sekitar 80 persen dari populasi negara itu adalah Hindu, sedangkan 13 persen adalah Muslim. Ada juga minoritas Kristen (dua persen), Sikh (dua persen), dan Buddha (satu persen).

Sejak  Mei lalu, Narendra Modi, seorang nasionalis Hindu, terpilih sebagai perdana menteri melalui pemilu. Ancaman kekerasan agama telah meningkat. Sekitar 600 kasus kekerasan fisik dan struktural terhadap Muslim dan Kristen telah dilaporkan sejak pemilu tersebut.

“Meningkatkan  interaksi dan dialog antaragama memerlukan waktu,” kata  Uskup D’Souza.

“Mereka perlu dipromosikan di berbagai tingkatan, baik secara informal maupun formal. Melalui jaringan besar nasional – lembaga pendidikan dan organisasi kepemudaan, Gereja Katolik menyadarkan anak-anak dan remaja dengan tuntutan tugas seperti itu.”

Pendidikan ini “harus mulai dalam keluarga dan terus melalui pendidikan formal di sekolah-sekolah dan perguruan tinggi,” katanya, seraya menambahkan bahwa “tidak ada konflik kepentingan untuk keharmonisan sosial bagi kemajuan suatu negara. Hal ini sangat penting.”

Dia mengatakan banyak kaum muda India yang “terbuka, demokratis dan inklusif. Namun, ada juga yang vokal dan gencar, rentan terhadap kecenderungan ekstrimis. Mereka adalah korban dari kecurigaan agama dan sosial, bias gender dan keyakinan takhayul.”

Uskup D’Souz menyesalkan bahwa “kemauan politik yang eksplisit mengandung segala bentuk kekerasan yang berasal dari fanatisme agama belum terlihat.”

“Gereja di India melayani masyarakat India terlepas dari agama mereka, di bidang pendidikan, pembangunan sosial, dan kesehatan. Layanan yang substansial dan luas dipuji, terutama bagi penyandang cacat dan lansia.”

“Melalui pendidikan, Gereja telah memberikan kontribusi sangat besar untuk memecahkan hambatan prasangka dan stereotip melalui program pendidikan dan pemberdayaan perempuan secara formal dan informal,” kata uskup.

Sumber: ucanews.com

 

Jangan lewatkan

Dapatkan info terbaru secara gratis lewat newsletter UCAN Indonesia disini

Podcasts
Donation
© UCAN Indonesia 2024. | Kontak | Tentang | Syarat dan Ketentuan | Privasi