UCAN China ucanews.com
UCAN Indonesia

Umat Katolik Timor-Leste mengikuti 100 tahun penampakan Fatima

Mei 9, 2017

Umat Katolik Timor-Leste mengikuti 100 tahun penampakan Fatima

Sebelum berangkat, rombongan berfoto bersama Uskup Dili Mgr Virgilio do Carmo da Silva pada 3 Mei di Dili (Thomas Ora)

 

Sekitar empat puluh lima umat dari tiga keuskupan di Timor-Leste -Dili, Baucau, Maliana, berangkat untuk bergabung dengan ribuan umat Katolik dari seluruh dunia untuk memperingati 100 tahun penampakan Bunda Maria di Fatima, Portugal.

Paus Fransiskus dijadwalkan akan memimpin Misa perayaan puncak di Basilika Ratu Rosari Fatima pada 13 Mei mendatang untuk memperingati 100 tahun penampakan Bunda Maria kepada Lucia dos Santos, yang kemudian menjadi biarawati Karmelit- dengan dua sepupunya Francisco Marto dan Jacinta Marto, pada 13 Mei 1917.

Uskup Dili Mgr Virgilio do Carmo da Silva mengatakan bahwa devosi kepada Bunda Maria telah menjadi bagian penting dalam kehidupan umat Katolik di Timor-leste, sebelum, selama dan setelah kemerdekaan.

“Keikutsertaan mereka pada peringatan 100 tahun penampakan Bunda Maria di Fatima menunjukkan hubungan yang baik antara dengan Portugal,” kata Uskup Da Silva ketika melepas rombongan pada 3 Mei.

Pada tahun 2015, Timor-Leste memperingati 500 tahun masuknya agama Katolik di daratan Timor, yang merupakan buah dari kerja keras misionaris asal Portugal.

 

“Devosi kepada Bunda Maria di negara ini adalah warisan misionaris Portugal,” kata uskup. “Dan Maria dianggap sebagai pelindung Timor-Leste.”

 

Pastor Angelo Salsinha, pemimpin rombongan, mengatakan salah satu tujuan kehadiran di Fatima adalah untuk mengucap syukur kepada Tuhan karena telah melindungi Timor-Leste selama masa penjajahan, terutama 24 tahun dibawah rejim militer Indonesia.

 

Selama perang kemerdekaan, warga tidak peduli akan rumah mereka yang dibakar atau dirusak, asalkan patung Bunda Maria aman. Karena itu ketika melarikan diri ke hutan patung Maria selalu dibawa.

 

“Karena mereka percaya Bunda Maria akan melindungi mereka,” kata Pastor Salsinha, yang juga merupakan rektor Seminari Menengah Maria Ratu Rosari dili.

 

Para peziarah ini membayar perjalanan ke Fatima dengan uang sendiri, masing-masing sekitar $3000.

 

Thomas Goncalves, 73, mantan guru dan pegawai militer, mengatakan ia sudah tiga kali berangkat ke Fatima ketika Timor-Leste mengalami kekacauan pada tahun 1999.

“Saya ingin mengucap syukur karena Tuhan sudah melindungi keluarga saya selama masa sulit, dan karena memberikan kita kemerdekaan,” kata Goncalves.

 

“Juga karena telah melindungi pernikahannya selama 47 tahun,” tambah Goncalves yang berangkat ke Fatima bersama istrinya.

 

Maria da Costa Valdares, 69, istri dari Guido Valdares, mantan menteri pada kabinet pertama sebelum Timor-Leste diambilalih oleh militer Indonesia, mengatakan dia ikut bergabung ke Fatima untuk memohon berkat bagi anak-anak, cucu, dan perdamaian di Timor-Leste.

 

“Devosi kepada Maria telah menguatkan saya dalam membesarkan anak-anak sejak suami saya meninggal,” kata Valdares. Suaminya tewas tertembak tahun 1976. (Thomas Ora)

Jangan lewatkan

Dapatkan info terbaru secara gratis lewat newsletter UCAN Indonesia disini

Podcasts
Donation
© UCAN Indonesia 2024. | Kontak | Tentang | Syarat dan Ketentuan | Privasi