UCAN China ucanews.com
UCAN Indonesia

Seorang Ibu Terus Mencari Keadilan bagi Putranya yang Terbunuh

April 11, 2018

Seorang Ibu Terus Mencari Keadilan bagi Putranya  yang Terbunuh

Selvarani Sahadevan ingin pembunuh putranya dibawa kepengadila karena sudah 11 tahun ia belum menerima keadilan. (Foto: Niranjani Roland/ucanews.com)

Selvarani Sahadevan masih mencari keadilan bagi putranya selama hampir 11 tahun setelah putranya  ditembak mati oleh orang-orang bersenjata yang tak dikenal di Sri Lanka.

Kepala Sekolah Dasar Hindu Jaffna yang telah pensiun itu, mengajukan laporan resmi kepada Komisi Hak Asasi Manusia Sri Lanka  tahun 2007 untuk membawa para pelaku ke pengadilan tetapi masih belum mendapat tanggapan positif.

Sahadevan Niluckshan, seorang mahasiswa  berusia 22 tahun di Universitas Jaffna, dibunuh pada 1 Agustus 2007, oleh pria bersenjata yang mengendarai sepeda motor di depan rumahnya di Kokuvil barat di Jaffna. Kota ini dijaga oleh militer dan berlaku jam malam karena perang saudara (1983-2009) pada waktu itu.

Ibunya mengatakan Niluckshan selalu menentang rencana keluarganya untuk meninggalkan Sri Lanka untuk melarikan diri dari perang, pembunuhan, dan penculikan.

Dia meraih sarjana  jurnalistiknya  tahun 2006 dan menjadi editor Chaalaram, sebuah majalah yang diterbitkan oleh Student Federation Jaffna.

Dia menghadiri acara untuk menandai peringatan kematian jurnalis Tharaki Sivaram, yang diculik dan dibunuh oleh empat pria bersenjata tak dikenal tahun 2005.

“Putraku memiliki kualitas kepemimpinan untuk mengatur banyak acara, yang membuat orang lain salah paham,” kata Sahadevan.

“Mungkin militer berpikir bahwa kematian Sivaram tidak boleh diperingati. Kejadian ini juga merupakan alasan bahwa militer salah memahami anak saya sebagai pendukung LTTE (pasukan pembebasan Tamil), yang menjadi alasan penembakan ini.

“Putraku tidak bersalah. Sertifikat kematiannya menyebutkan bahwa kematian terjadi akibat kerusakan otak dan syok karena tembakan.

“Pelaku yang berada di belakang pembunuhan ini harus dihukum. Banyak jurnalis Tamil yang terbunuh tetapi tetap tidak ada keadilan.”

Pengacara hak asasi manusia dan teman Niluckshan, Suhash Kanagaratanam mengatakan, mahasiswa terlibat dalam banyak program kesadaran.

“Kami berdua mempelajari ilmu politik. Kami selalu memperjuangkan keadilan dan kami membuat para siswa sadar akan rasisme dan nasionalisme Tamil,” kata Kanagaratanam.

“Selama periode itu, media tidak bisa menulis kebenaran. Jika ada yang menulis kebenaran, dia akan diancam atau dibunuh. Saya kehilangan teman saya.”

Ananth Palakidnar, ketua  Aliansi Media Tamil, mengatakan semua kasus yang melibatkan wartawan harus diselidiki dengan sebaik-baiknya.

“Niluckshan adalah jurnalis muda masa depan. Dia telah menulis beberapa artikel sebagai jurnalis independen,” kata Palakidnar.

“Aliansi Media Tamil selalu menekan pemerintah untuk menyelidiki semua pembunuhan dan penghilangan ini. Pemerintah harus mengizinkan media dan wartawan untuk melaksanakan tugas mereka dengan bebas.”

Universitas Jaffna menganugerahkan medali emas untuk mengenang Niluckshan kepada mahasiswa media yang memiliki keunggulan dalam jurnalisme.

Niluckshan juga dihormati sebagai seorang jurnalis yang kehilangan nyawanya dalam menjalankan tugas oleh Persatuan editor Sri Lanka yang tergabung dalam Sri Lanka’s Press Institute  tahun 2008.

 

Jangan lewatkan

Dapatkan info terbaru secara gratis lewat newsletter UCAN Indonesia disini

Podcasts
Donation
© UCAN Indonesia 2024. | Kontak | Tentang | Syarat dan Ketentuan | Privasi