UCAN China ucanews.com
UCAN Indonesia

Tokoh Agama Indonesia Kecam Penembakan di Selandia Baru

Maret 18, 2019

Tokoh Agama Indonesia Kecam Penembakan di Selandia Baru

Warga menatap bunga-bunga yang diletakkan di dekat Masjid Al-Noor di Kota Christchurch pada 18 Maret, tiga hari setelah sekitar 50 jamaah di dua masjid tewas dalam peristiwa penembakan. (Foto: David Moir/AFP)

Tokoh agama Katolik, Protestan dan Islam meminta umat beragama di Indonesia yang berpenduduk mayoritas Muslim untuk tetap tenang dan terus menerus mempromosikan dialog antaragama menyusul peristiwa penembakan yang terjadi di dua masjid di Selandia Baru akhir pekan lalu. 

Dengan membawa senjata api, seorang warga negara Australia bernama Brenton Harrison Tarrant masuk ke dalam Masjid Al-Noor dan Masjid Linwood yang terletak di Kota Christchurch pada 15 Maret lalu saat sholat Jumat berlangsung dan mulai menembaki para jamaah yang berada di dalam kedua masjid tersebut. 

Laki-laki berusia 28 tahun itu bahkan mengabadikan aksinya dengan membuat video live-streaming berdurasi 17 menit di sebuah media sosial.

Sekitar 50 orang, termasuk seorang warga negara Indonesia (WNI) bernama Lilik Abdul Hamid, tewas dalam peristiwa penembakan yang juga mencederai puluhan orang lainnya, termasuk dua WNI, itu.

Sehari kemudian, Tarrant muncul di persidangan dan dituduh melakukan pembunuhan. Menurut polisi setempat, sejumlah bukti memperlihatkan bahwa ia adalah pelaku tunggal.

Dalam sebuah pernyataan tertulis, Ketua Konferensi Waligereja Indonesia (KWI) dan juga Uskup Agung Jakarta Mgr Ignatius Suharyo Hardjoatmodjo menyampaikan dukacita mendalam kepada para korban dan keluarga mereka. 

Prelatus itu menyebut peristiwa penembakan tersebut sebagai “tindakan tak beradab” dan “sangat bertentangan dengan nilai-nilai agama apa pun dan nilai-nilai kemanusiaan.”

“KWI dan umat Katolik Indonesia mengimbau dan berharap agar peristiwa di Selandia Baru itu tidak merusak hubungan antar-umat beragama dan antar-etnis yang berbeda terutama di Indonesia yang selama ini sudah berjalan dengan baik,” katanya.

KWI dan umat Katolik Indonesia, lanjutnya, mendesak agar pelaku “diproses hukum sesuai hukum yang berlaku di Selandia Baru.”

Kecaman serupa datang dari Pendeta Henriette Tabita Lebang, ketua Persekutuan Gereja-Gereja di Indonesia (PGI). 

“PGI mengecam keras segala tindak kekerasan apalagi penghilangan nyawa yang sangat berharga di mata Tuhan. Olehnya, PGI menolak segala bentuk kebiadaban yang mengedepankan kebencian atas dasar apa pun termasuk latar belakang suku, ras dan agama,” katanya kepada ucanews.com.

Ia mengimbau masyarakat Indonesia agar tetap tenang dalam menyikapi peristiwa penembakan itu dan tidak terpancing oleh video yang menggambarkan peristiwa penembakan yang sempat beredar viral. 

“Tidak menyebarkannya dengan sengaja karena hal ini yang diinginkan oleh teroris tersebut … agar masyarakat luas menontonnya dan menjadi khawatir,” lanjutnya.

Ia menegaskan bahwa bumi ini didiami oleh orang dari berbagai latar belakang suku, ras dan agama. “Tidak ada alasan apa pun untuk mendiskreditkan manusia, membunuh manusia, sebab manusia adalah cipataan Allah,” tegasnya.

Senada, Sekjen PBNU Helmy Faishal Zaini mengajak masyarakat Indonesia untuk menghentikan segala spekulasi yang bisa memperkeruh peristiwa penembakan tersebut.

“Kita percayakan penanganan sepenuhnya di tangan aparat keamanan setempat,” katanya.

Sementara itu, Sekretaris Pers dan Juru BIcara Jemaah Ahmadiyah Indonesia (JAI) Yendra Budiana mengatakan peristiwa penembakan itu hendaknya menjadi pelajaran berharga baik bagi masyarakat Indonesia.

“Untuk lebih meningkatkan ruang perjumpaan dan dialog, untuk menghilangkan segala bentuk kebencian dan kecurigaan satu sama lain sesama umat manusia serta untuk bersatu melawan segala bentuk teror atas nama apa pun,” katanya.

Jangan lewatkan

Dapatkan info terbaru secara gratis lewat newsletter UCAN Indonesia disini

Podcasts
Donation
© UCAN Indonesia 2024. | Kontak | Tentang | Syarat dan Ketentuan | Privasi