UCAN China ucanews.com
UCAN Indonesia

Olahraga satukan berbagai suku di Bangladesh

Agustus 10, 2010

Olahraga satukan berbagai suku di Bangladesh

Gadis-gadis warga suku di Bangladesh menampilkan sebuah tarian tradisional (foto). Berbagai kelompok ikut dalam acara olahraga pada 6 Agustus untuk memperingati “International Day of the World's Indigenous People” (Hari Masyarakat Adat Dunia Internasional).

Fokus berbagai kelompok masyarakat adat di Bangladesh terpusat pada olahraga sebagai sarana untuk bersatu pada International Day of the World’s Indigenous People tahun ini.

Kesempatan khusus ini dimanfaatkan di seluruh Bangladesh di bawah pengawasan Bangladesh Indigenous People’s Forum dan Tribal Welfare Association. Berbagai perayaan juga akan meyoroti tanah dan hak konstitusional masyarakat adat di Bangladesh.

“Kita perlu olahraga untuk memperteguh persatuan kita,” kata Pankaj Chakma, 21, seorang mahasiswa beragama Budha dari Dhaka University.

“Inilah satu-satunya senjata untuk merebut hak sebagai warga negara sesuai hukum,” kata Chakma, setelah kegiatan olahraga penuh persaudaraan pada 6 Agustus yang diselenggarakan oleh Bangladesh Adivasi Chatra Songram Parishad (Dewan Mahasiswa Pembebasan Warga Suku), sebuah forum mahasiswa untuk memperjuangkan hak warga dan mahasiswa masyarakat adat.

Acara itu diisi dengan pertandingan sepak bola persahabatyan untuk kaum pria dan tarik tambang untuk perempuan antara berbagai kelompok dari daerah pegunungan dan dari daerah dataran.

Sekitar 2.500 peserta dan penonton menghadiri acara di Dhaka University itu.

Acara itu dimaksud untuk meningkatkan persatuan dan solidaritas di antara 45 kelompok etnis yang jumlah totalnya sekitar 3 juta orang di Bangladesh. Dari jumlah itu, 250.000 adalah Katolik.

Sejumlah peserta dan panitia berbicara dengan ucanews.com bahwa mereka harus terus memperjuangkan hak-hak mereka.

“Lahan kami diduduki, bahasa asli kami hilang, tetapi pemerintah tidak buat apa-apa,” kata Mangal Kumar Chakma, pejabat Parbatya Chattagram Jana Samhati Samiti, sebuah kelompok hak warga suku.

“Sepak bola menyatukan kami, dan kami ingin menyatukan semua kelompok masyarakat adat di bawah satu panji melalyui olahraga,” kata Niskriti Hagidak, 24, seorang mahasiswa beragama Protestan dan ketua dewan mahasiswa tersebut.

“Dalam parlemen nasiona, tidak ada kursi untuk kelompok masyarakat adat,” tambah Sanjeeb Drongseorang wartawan freelance dan sekretaris forum masyarakat adat.

Tahun 1994, Perserikatan Bangsa-Bangsa menjadikan 9 Agustus sebagai International Day of the World’s Indigenous People.

Oleh Uttom Stephan Rozario, ucanews.com, Dhaka, Bangladesh

Jangan lewatkan

Dapatkan info terbaru secara gratis lewat newsletter UCAN Indonesia disini

Podcasts
Donation
© UCAN Indonesia 2024. | Kontak | Tentang | Syarat dan Ketentuan | Privasi