UCAN China ucanews.com
UCAN Indonesia

Tokoh agama beri perhatian pada masalah anak korban kekerasan

April 12, 2016

Tokoh agama beri perhatian pada masalah anak korban kekerasan

Anak-anak dari GKI Yasmin, Bogor, menghadiri kebaktian di depan Istana Negara Jakarta.

 

Para tokoh agama di Indonesia berkomitmen memberi perhatian pada anak-anak yang menjadi korban konflik berbasis agama.

Dalam sebuah pertemuan yang digelar pada Jumat 8 April, mereka menggagas pembentukan Forum Dialog Antaragama untuk Kesejahteraan Holistik Anak (FORDAKHA).

Ilma Sovri Yanti, Koordinator forum itu mengatakan, pewakilan agama-agama yang bergabung dalam forum itu antara lain dari Kristen, Katolik, Islam, Konghucu, Bahai, dan Sunda Wiwitan, agama lokal.

“Forum sepakat untuk meningkatkan perhatian pada anak-anak, terutama yang berada di tengah pusaran konflik agama. Dan, perhatian itu harus holistik, yaitu menyeluruh, bukan hanya soal kebutuhan fisik, tetapi juga kebutuhan lain, seperti pendidikan,” katanya.

Ia menyatakan, dalam forum itu semua perwakilan agama satu surara menyadari bahwa anak-anak bahwa anak-anak adalah titipan Tuhan.

“Maka, kami merasa sangat perlu untuk memberi prioritas pada perlindungan dan upaya pemnuhan hak-hak mereka,” katanya.

Ilma yang merupakan penganut Islam menyatakan, saat ini, banyak anak yang menjadi korban akibat konflik agama, terutama dari kelompok minoritas, seperti Syiah, Ahmadiyah, Kristen, juga agama-agama lokal.

“Di Aceh Singkil misalnya, anak-anak non Muslim tidak mendapat pendidikan agama di sekolah. Ini merupakan praktek diskriminatif yang tidak boleh dibiarkan karena anak-anak sudah dibiasakan sejak dini untuk tidak mencintai perbedaan,” katanya.

“Forkadha berkomitmen bekerja sama dengan lembaga lain untuk mengadvokasi masalah ini agar mendapat perhatian dari pemerintah agar anak-anak dapat mengakses pendidikan tanpa mengalami diskriminasi,” tegasnya.

Selain mengadvokasi, kata dia, forum ini juga akan memberi pendampingan khusus, juga roadshow ke berbagai pihak, termasuk pemerintah untuk menyuarakan persoalan-persoalan yang sedang menimpa anak-anak.

Sementara itu, Romo Hibertus Hartono MSF, sekertaris eksekutif Komisi Keluarga di Konferensi Waligereja Indonesia yang ikut dalam forum itu mengatakan, selain memberi perhatian pada anak-anak yang menjadi korban kekerasan agama, perhatian juga mesti ditunjukkan dalam keluarga masing-masing penganut agama.

“Kalau melihat data-data yang muncul, yang melakukan kekerasan banyak juga orang yang tidak jauh dari si anak, yang adalah anggota keluarga mereka,” katanya.

“Ini menjadi keperihatinan. Jadi tugas agama-agama adalah, bagaimana menjadikan hal ini sebagai prioritas agar diingatkan kepada keluarga-keluarga,” lanjutanya.

Gereja Katolik, kata dia, sudah mulai memetakan masalah ini dengan menyusun materi pembinaan berjenjang, yang dimulai dari anak-anak.

Ia juga menekankan pentingnya memberi mereka teladan. “Anak harus diberikan contoh dulu agar anak bisa meneladaninya. Anak-anak lebih mudah melihat daripada mendengar,” katanya.

Pembinaan di level keluarga, kata dia, juga akan meminimalisasi tingkat kekerasan yang bakal timbul di masa mendatang.

“Jika sejak kecil anak dibiasakan untuk toleran maka ketika dewasa, mereka akan toleran, dan ini dengan sendirinya mengurangi  praktek kekerasan,” tegasnya.

Sementara itu, Dewi Kanti dari agama lokal Sunda Wiwitan berharap, Fordakhi membantu mereka untuk mengadapi masalah diskriminasi, terutama yang menimpah anak-anak sekolah.

“Anak-anak kami menghadapi tudingan kafir. Sejak kecil mereka sudah menjadi korban praktek diskriminasi,” katanya.

Lebih memperihatinkan lagi, kata dia, praktek diskriminasi itu tidak hanya dilakukan oleh sesama rekan mereka di sekolah, tetapi juga oleh para guru.

“Forum ini diharapkan membantu kami dan juga umat lain yang menjadi korban untuk mempengaruhi kebijakan di level manapun agar lebih peka dan ramah terhadap upaya pemenuhan hak-hak anak. Bagaimananapun, merekalah yang menjadi penentu perjalanan bangsa kita ke depan,” katanya.

Ryan Dagur, Jakarta

Sumber: ucanews.com

 

 

Jangan lewatkan

Dapatkan info terbaru secara gratis lewat newsletter UCAN Indonesia disini

Podcasts
Donation
© UCAN Indonesia 2024. | Kontak | Tentang | Syarat dan Ketentuan | Privasi