UCAN China ucanews.com
UCAN Indonesia

Komkep KWI umumkan pemenang lomba penulisan menyambut AYD

Juli 5, 2017

Komkep KWI umumkan pemenang lomba penulisan menyambut AYD

Romo Antonius Haryanto, Sekretaris Eksekutif Komisi Kepemudaan KWI, dalam salah satu pertemuan dengan orang muda di Jakarta.

Komisi Kepemudaan Konferensi Waligereja Indonesia (Komkep KWI) menetapkan tiga pemenang lomba penulisan dengan tema multikultur dan diumumkan di Jakarta pada Selasa, 4 Juli 2017.

Ditulis dalam format “surat kepada sahabat” ketiga pemenang berhasil menyisihkan karya 200 lebih peserta lain. Kompetisi ini merupakan yang pertama kali diselenggarakan Komisi Kepemudaan KWI untuk menyambut Asian Youth Day 2017 pada 30 Juli- 6 Agustus di Yogyakarta.

“Lomba penulisan multikultural diadakan untuk melihat bagaimana orang muda mengalami dan menjalani perbedaan,” ujar Antonius Haryanto Pr, Sekretaris Eksekutif Komisi Kepemudaan KWI.

Menurut Romo Hary – begitu dia biasa disebut – suara orang muda lewat kompetisi penulisan ini akan memperkaya dan menerbitkan inspirasi untuk membangun kehidupan yang toleran dan damai.

Tim juri yang terdiri dari Anik Wusari, Direktur Eksekutif Indonesia untuk Kemanusiaan (Ketua), Hermien Y. Kleden, Redaktur Senior Tempo (anggota), dan Alamsyah M. Djafar, Senior Officer Bidang Advokasi dan Riset Wahid Institute (anggota) menetapkan ketiga pemenang itu dalam rapat tertutup pada Senin petang, 3 Juli 2017 di kantor Komisi Kepemudaan.

Filisianus Richardus Viktor dari Pontianak, Kalimantan Barat meraih juara pertama dengan karya tulis berjudul “Satu yang Tak Sama: Dia Masih Keluargaku.” Posisi kedua direbut oleh Maria Chris Lievonne asal Jakarta lewat tulisan “Teruntuk Sahabat-sahabatku”. Pemenang ketiga, Olida Ferawati, berasal dari Pematangsiantar, Sumatera Utara dengan naskah berjudul “Damai Indonesia Mulai dari Anak”.

Ketua juri Anik Wusari mengatakan sangat menarik melihat perspektif orang muda lintas-iman dan lintas daerah Indonesia berbicara tentang situasi terkini, termasuk rasisme dan intoleransi, dalam tulisan-tulisan mereka.

“Banyak hal mengejutkan dari pengalaman mereka,” kata Anik.

Alamsyah Djafar yang lama berkecimpung di bidang advokasi dan riset mengaku terkesan oleh keterbukaan anak-anak muda ini berbicara tentang situasi “sulit” di lingkungannya, termasuk diskriminasi dan rasisme.

“Melalui cerita-cerita mereka, kita melihat kesenjangan minoritas-mayoritas,“ kata Alamsyah. “Pengalaman mereka membuat kita bisa lebih memahami sikap dan perasaan antar-kelompok yang berbeda,” dia menegaskan.

Hermien Y. Kleden juga mengaku terkesan pada tawaran-tawaran solusi yang mereka berikan.

“Poin-poinnya sederhana, aplikatif dan orisinal karena lahir dari pengalaman pribadi di lingkungannya ,” ujar Hermien.

Ketiga juri menyoroti problem intoleransi yang dipicu oleh perbedaan agama, ras, budaya dalam karya ketiga pemenang — dan ketiga-tiganya menawarkan sejumlah solusi mengatasi intoleransi: mulai dari belajar menerima perbedaan walau pun prosesnya bisa sangat menyakitkan, hingga menanamkan spirit toleransi sejak usia dini pada anak-anak. Hal ini, menurut ketiga pemenang, adalah cara untuk hidup damai di Indonesia yang amat bhinneka dari segi budaya, kultur, agama.

Pingkan Serafien, Koordinator Lomba Penulisan menyatakan panitia menerima lebih dari 250 naskah dari seluruh Indonesia. Yang menggembirakan, menurut Pingkan, peserta lomba datang dari lintas-iman, lintas kultur dan wilayah.

Selain naskah ketiga pemenang, para juri juga menyeleksi 17 naskah lain yang akan diterbitkan dalam Bahasa Indonesia dan Inggris. Selain diedarkan untuk masyarakat luas, buku ini akan disediakan sebagai salah satu bacaan inspiratif bagi peserta Asian Youth Day 2017.

Jangan lewatkan

Dapatkan info terbaru secara gratis lewat newsletter UCAN Indonesia disini

Podcasts
Donation
© UCAN Indonesia 2024. | Kontak | Tentang | Syarat dan Ketentuan | Privasi