UCAN China ucanews.com
UCAN Indonesia

Caritas bawa harapan bagi para tunawisma di Nepal yang dilanda gempa

Januari 30, 2024

Caritas bawa harapan bagi para tunawisma di Nepal yang dilanda gempa

Para penyintas mencari barang-barang mereka di reruntuhan sebuah rumah pada 5 November 2023. Sebanyak 154 orang tewas di Nepal  ketika gempa berkekuatan 6,4 skala Richter menghantam negara Himalaya tersebut pada 3 November. (Foto: AFP)

 

Wali Rana dan empat anggota keluarganya berkumpul di dalam tenda darurat untuk menghangatkan diri di malam hari.

Rana dan anak-anaknya menghadapi musim dingin yang ekstrem di negara Himalaya, Nepal, setelah rumah mereka yang terbuat dari lumpur dan batu hancur akibat gempa bumi pada 3 November yang merenggut 154 nyawa.

Di dalam tenda terpal biru, Rana dan anak-anaknya menutupi diri dengan selimut dan pakaian pemberian lembaga bantuan. Ia khawatir karena cuaca dingin eksrem telah merenggut nyawa 34 orang, termasuk empat anak, yang tinggal di tempat penampungan sementara.

Rana memperkirakan rumah barunya akan selesai dalam beberapa pekan dengan bantuan Caritas Nepal, cabang pelayanan sosial Gereja Katolik di negara tersebut.

Proyek Gereja bertujuan membangun tempat penampungan sementara bagi sekitar 1.200 keluarga, melindungi masyarakat miskin yang terkena dampak gempa pada musim dingin.

Musim dingin dimulai di Nepal, yang terletak di ketinggian sekitar 3.200 meter di atas permukaan laut, mulai Desember hingga akhir Februari.

Nepal mempunyai ketinggian rata-rata tertinggi kedua di dunia – setelah Bhutan – dan banyak daerah pegunungan mengalami suhu dingin ekstrem hampir setiap hari.

Ketika suhu malam hari turun hingga di bawah nol derajat di Distrik Jajarkot, Nepal barat, Rana yang telah menjanda mengeluhkan mereka tidak bisa tidur.

“Angin dingin menyapu tenda pada malam hari,” kata ibu tunggal berusia 40 tahun yang tinggal di desa terpencil Maide di Jajarkot, distrik yang paling parah dilanda gempa berkekuatan 6,4 SR.

Pemerintah menunda-nunda

Rana diselamatkan dari puing-puing dengan cedera kepala dan beberapa patah tulang. Dia dirawat di rumah sakit selama lebih dari seminggu. Ketiga anaknya dan ibu mertuanya termasuk di antara 360 orang yang mengalami luka-luka.

Menurut Badan Nasional Manajemen dan Pengurangan Risiko Bencana, hampir 80.000 rumah rusak atau hancur akibat gempa bumi di Jajarkot.

Suami Rana, seorang pekerja migran, meninggal di Malaysia enam tahun lalu, sehingga memaksa Rana menjadi buruh harian untuk mencari nafkah keluarganya.

“Gempa juga membuat kami kehilangan tempat tinggal,” kata Rana.

Seperti Rana, ratusan keluarga tinggal di bawah langit terbuka, berharap mendapat tempat tinggal.

Pemerintah berencana memberikan hibah perumahan sebesar 50.000 rupee Nepal (376 dolar AS). Tapi rencana itu mulai menuai debu.

Pada minggu kedua Januari, pihak berwenang hanya membangun 24.010 rumah sementara.

Caritas datang untuk menyelamatkan

Pemerintah mengatakan dana sulit didapat dan biaya pekerja konstruksi terlalu mahal.

Namun, Caritas Nepal telah melangkah maju untuk membangun 1.200 tempat penampungan sementara di bawah Program Respons Gempa Bumi dan Pemulihan Dini.

Badan amal Katolik tersebut telah bekerja sama dengan sejumlah LSM lokal, Youth Awareness Raising Center Nepal (YARCN), untuk membangun tempat penampungan sementara di daerah yang terkena dampak gempa.

Mereka juga turut membantu pemerintah melalui dukungan sosio-teknis untuk membangun 1.000 rumah penampungan dalam waktu satu tahun.

Struktur baru ini tahan terhadap gempa bumi, kebakaran, dan banjir, kata Janak Sharma, manajer program Caritas Nepal di Provinsi Karnali, dimana gempa bumi menimbulkan malapetaka.

Tempat penampungan  ini juga dibangun dengan anggaran rendah, menggunakan bahan-bahan lokal seperti kayu, batu bata, batu, bambu, kapur dan abu, katanya.

Menurut Dharma Raj Bhitrakoti dari YARCN, total 71 rumah sementara siap diserahterimakan dalam sepuluh hari ke depan.

“Kami berencana akan menyerahkan seluruh 1.200 rumah dalam waktu enam bulan,” tambah Bhitrakoti.

Rana adalah salah satu penerima manfaat yang menunggu untuk pindah. “Saya sangat menantikan untuk pindah ke rumah baru,” katanya.

Bahadur Rana, 45, salah satu penerima manfaat dari desa yang sama, telah bekerja tanpa kenal lelah untuk menyelesaikan hunian sementara tahan gempa dengan dukungan Caritas Nepal.

Saat ini, pekerja bangunan tersebut bersama istri dan dua anaknya tinggal di tenda plastik
seadanya.

“Kami tunggu sampai  atapnya selesai, ujarnya, seraya menambahkan  “Saya berharap bisa pindah awal pekan depan”.

Rumah-rumah yang dibangun oleh Caritas Nepal memiliki dua kamar, satu dapur dan teras depan, dengan biaya sekitar 62.500 rupee Nepal (sekitar 470 dolar AS).

Caritas Nepal juga memberikan dukungan musim dingin bagi masyarakat miskin dengan menyediakan pakaian, selimut dan lampu tenaga surya, terutama untuk balita dan ibu menyusui.

Hampir 1.500 keluarga, termasuk 2.600 balita dan 880 ibu menyusui menerima manfaat dari paket ini, kata Sharma.

Badan amal tersebut telah memilih kelompok paling rentan seperti Rana sebagai penerima manfaat prioritas, tambahnya.

Sumber: Caritas brings hope to the homeless in quake hit Nepal

 

Jangan lewatkan

Dapatkan info terbaru secara gratis lewat newsletter UCAN Indonesia disini

Podcasts
Donation
© UCAN Indonesia 2024. | Kontak | Tentang | Syarat dan Ketentuan | Privasi