UCAN China ucanews.com
UCAN Indonesia

Kaum miskin Hong Kong terkucil dari masyarakat

Maret 5, 2010

Kaum miskin Hong Kong terkucil dari masyarakat

Studi menunjukkan jumlah keluarga berpenghasilan rendah meningkat setiap tahun

HONG KONG (CNI) – Sebuah studi baru-baru ini yang dirilis Gereja mengungkapkan bahwa keluarga miskin di Hong Kong terus terkucil secara ekonomi dan sosial.

Pelayanan Caritas untuk Kaum Muda dan Komunitas dan Komisi Keadilan dan Perdamaian dari Keuskupan Hong Kong mempelajari sembilan keluarga miskin sejak pertengahan 2008 hingga akhir tahun 2009.

Menurut penyelenggara, studi bertema Grassroots Families and Social Exclusion itu dimaksud untuk memahami dengan lebih jelas keterkucilan macam apa yang dihadapi keluarga-keluarga berpenghasilan rendah.

Kesenjangan antara yang kaya dan miskin telah melebar secara drastis di sini dalam sepuluh tahun terakhir dengan jumlah keluarga berpenghasilan rendah terus meningkat setiap tahun. Kemerosotan ekonomi saat ini bahkan semakin memperbesar jumlah keluarga miskin.

Statistik pemerintah tahun 2009 menunjukkan bahwa rumah tangga dengan penghasilan bulanan di bawah HK$ 8,000 (US$ 1.030) telah meningkat 19,4 persen antara tahun 1997 dan 2008. Ini berarti satu dari lima keluarga di Hong Kong hidup di bawah garis kemiskinan.

Studi itu dirilis 27 Februari dalam sebuah sharing untuk umat Katolik agar mereka berusaha mengerti kehidupan masyarakat miskin.

Pauline Fung Wai-lin, seorang pekerja sosial Caritas, mengatakan kepada UCA News bahwa banyak orang Katolik sadar kalau ada banyak keluarga miskin, tetapi lupa bahwa kemiskinan itu tetap ada dari generasi ke generasi.

“Orang mereka bahkan tidak berhak untuk memilih apa yang ingin mereka makan,” kata Fung, mengutip seorang yang diwawancarai yang berjalan selama dua jam ke pasar yang jauh untuk mendapat bahan makanan yang lebih murah.

Dalam keluarga-keluarga ini, orangtua bekerja berjam-jam dan tidak punya waktu untuk mengawasi pekerjaan rumah anak-anak mereka dari sekolah. Karena kurangnya bimbingan, hasil akademis anak-anak buruk, lanjutnya.

Yuk-mei tahu masalah dengan baik. Dia menjadi pencari nafkah untuk keluarganya setelah suaminya kehilangan pekerjaan dua tahun lalu. Dia bekerja berjam-jam mendistribusikan selebaran dan surat kabar gratis di jalan-jalan yang jauh dari rumahnya. Untuk menghemat uang, katanya kepada UCA News, ia meninggalkan rumah pukul 5 pagi setiap hari dan harus berjalan kaki lebih dari satu jam untuk sampai ke tempat kerja.

Selama sharing itu, Lee Kim-ming, dosen studi sosial di City University of Hong Kong, mengatakan kemiskinan menjerat keluarga dalam suatu lingkaran setan.

Masalah-masalah ekonomi membuat masyarakat miskin keluar dari keterlibatan sosial dan pengetahuan mereka yang terbatas tentang bursa lowongan kerja (job market) melemahkan daya saing mereka di bursa tenaga kerja (labor market), katanya.

Pastor Simon Li Chi-Yuen, seorang peserta dalam sharing itu, menyerukan kepada umat Katolik untuk menunjukkan keprihatinan bagi masyarakat miskin karena ini merupakan “tanggung jawab Gereja yang tak terelakkan.”

“Kita tidak bisa hanya beribadah dengan diri kita sendiri di gereja yang indah dengan mata terpenjam,” kata kepala Paroki St. Yohanes Pembaptis itu.

Jangan lewatkan

Dapatkan info terbaru secara gratis lewat newsletter UCAN Indonesia disini

Podcasts
Donation
© UCAN Indonesia 2024. | Kontak | Tentang | Syarat dan Ketentuan | Privasi