Dalam sebuah lokakarya baru-baru ini tentang resolusi konflik, para mahasiswa di Myanmar belajar tentang sisi jelek kehidupan dan bagaimana mengubahnya menjadi lebih baik.

Asosiasi University of Christian Fellowship (UCF) menyelenggarakan program 27-28 September itu di Loikaw. Dua puluh enam mahasiswa ikut dalam lokakarya tersebut.

Konflik bisa terjadi dalam gereja, keluarga, dan sekolah Kristen, maka tujuan lokakarya tersebut adalah untuk meningkatkan persatuan, kata penyelenggara Pendeta U Tin Htut Ohn.

Para mahasiswa belajar tentang berbagai jenis konflik dan cara mengatasinya dengan membangun hubungan baik melalui komunikasi.

“Tujuan lokakarya ini adalah untuk mengajar mahasiswa agar segera menyelesaikan konflik setelah mereka menemuinya,” kata ketua UCF Saw Aye Cho.

Khu Paya Reh 18, seorang mahasiswa tahun pertama mengatakan dia tidak asing dengan konflik. “Saya dan teman-teman saya selalu bertengkar tentang apa yang ingin kami lakukan dan ibu saya tidak pernah mengijinkan saya untuk melakukan apa yang saya inginkan, katanya. “Lokakarya ini mengajarkan saya bahwa hal yang penting untuk menyelesaikan konflik adalah berbicara hal-hal itu dengan tenang,” tambah Khu Reh.

Naw Byadu, 19, mengatakan ia tidak banyak memikirkan konflik dan tidak pernah membicarakan hal itu sebelumnya. Sekarang, katanya, dia belajar banyak dari lokakarya dan akan mencoba untuk membantu orang lain menyelesaikan sengketa mereka.

UCF Loikaw didirikan tahun 2007 dan memiliki 50 pendeta dan 20 anggota komisi. Tujuan mereka adalah untuk memberitakan Injil dan membantu dalam pembangunan.

Oleh Reporter ucanews.com, Loikaw, Myanmar