UCAN China ucanews.com
UCAN Indonesia

Sentimen etnis dan agama masih laku dijual dalam Pilkada

April 19, 2012

Sentimen etnis dan agama masih laku dijual dalam Pilkada

Sentimen etnis dan agama masih laku dijual oleh para kandidat yang ingin merebut posisi nomor satu untuk memimpin daerah mereka.

“Dalam peperangan politik, senjata apapun bisa dipakai, termasuk isu primordial atau sentimen etnis,” demikian JJ Rizal, dalam sebuah diskusi politik yang digelar The Indonesian Institute, Rabu (18/4), seperti dilansir tribunnews.com.

“Tujuannya adalah pemenangan,” imbuh sejarahwan itu.

Semua politisi, lanjutnya, cenderung melakukan hal serupa. Itu pula lah yang menjadi perhatian Rizal dalam Pilkada DKI Jakarta.

Menurutnya, semua pasangan sudah mengarah pada sentimen etnis dan agama.

Fauzi Bowo-Nachrawi Ramli dengan dengungan etnis Betawi, Alex Noerdin dengan asal daerahnya, Faisal-Biem Benjamin dengan Betawinya, dan Joko Widodo-Basuki Tjahaya Purnama alias Ahok yang mulai mendekati massa Jawa dan Tionghoa.

Menurut Rizal, semua cara, termasuk menggunakan sentimen etnis maupun agama, adalah sah dalam politik.

“Sampai di mana moral politisi tersebut. Jangan sampai moral politisi dikalahkan sama Intan,” ujar Rizal mengutip film Si Pitung.

Menurut Rizal, banyak pemilih menjadi pragmatis dan oportunis.

“Orang Betawi hanya di-Betawikan lima tahun sekali. Lebih baik milih yang jelas kelihatan,” tutur Rizal.

Di Jakarta, jelasnya, penggiringan pemilih ke arah primordialisme sangat mudah dilakukan.

Menurut data Kompas yang dikutip The Indonesian Institute, penduduk Jakarta hampir 80 persen tidak tamat SMA.

“Jakarta adalah kota rasional, dengan penduduk yang sangat irasional,” cetus Abdul Rohim Ghazali, anggota Dewan Penasihat The Indonesian Institute.

 

Jangan lewatkan

Dapatkan info terbaru secara gratis lewat newsletter UCAN Indonesia disini

Podcasts
Donation
© UCAN Indonesia 2024. | Kontak | Tentang | Syarat dan Ketentuan | Privasi