UCAN China ucanews.com
UCAN Indonesia

Konferensi bahas peran Gereja Katolik Timur dalam ekumenisme

Nopember 21, 2023

Konferensi bahas peran Gereja Katolik Timur dalam ekumenisme

Msgr. McPartlan, seorang profesor teologi di Universitas Katolik Amerika di Washington dan anggota lama dialog teologi Katolik-Ortodoks internasional. (Foto: Facebook/Kolese Teologi)

 

Peningkatan persatuan umat Kristiani, khususnya antara Gereja Katolik dan Gereja Ortodoks, adalah sebuah “penemuan  bersifat universal,” yaitu visi holistik Kekristenan yang menghargai dan melindungi tradisi Gereja Barat dan tradisi Gereja Timur, kata Msgr. Paul McPartlan.

Dalam tugas ekumenis tersebut, katanya, Gereja Katolik Timur adalah “agen istimewa dalam pertukaran karunia yang diperlukan antara umat Katolik dan umat Ortodoks,” karena mereka telah melestarikan liturgi, spiritualitas dan tradisi Timur sekaligus berada dalam persekutuan penuh dengan Roma.

Msgr. McPartlan, seorang profesor teologi dari Catholic University of America di Washington dan anggota dialog teologi Katolik-Ortodoks internasional, berbicara pada 15 November pada hari pertama konferensi dua hari mengenai “Visi ekumenis Katolik Timur dalam dialog dengan Gereja Ortodoks” di Institut Kepausan Oriental di Roma.

Konferensi ini disponsori bersama oleh institut tersebut dan Institut Studi Ekumenis Universitas Katolik Ukraina dengan dukungan dari the Catholic Near East Welfare Association.

Para pembicara menekankan komitmen ekumenis Gereja Katolik Timur serta perannya  dalam membawa karunia Kekristenan Timur kepada Gereja Katolik global.

Selain itu, konferensi ini juga melihat bagaimana Gereja Katolik Timur dapat menunjukkan kepada Gereja Ortodoks dan Gereja Ortodoks Oriental bagaimana mereka dapat mempertahankan identitas Timur mereka dan pada saat yang sama tetap berada dalam persekutuan penuh dengan Roma.

Gereja Katolik Timur, kata Msgr. McPartlan, “mereka secara unik memenuhi syarat untuk membantu kedua belah pihak dalam upaya kita bersama menuju katoliksitas.”

Setelah berabad-abad berkembang secara terpisah, “kita semua, Ortodoks dan Katolik, baik Latin maupun Timur,  mulai bangkit untuk bersatu,” katanya.

“Kita perlu melakukan  pemulihan bersama-sama  dengan penuh kasih dan kerendahan hati akan menjadi tindakan sinodalitas yang berharga.”

Gereja Katolik Timur “menempati posisi tengah yang sangat menarik antara Barat dan Timur” yang dapat membantu Gereja Katolik dan Gereja Ortodoks untuk memperluas katoliksitas atau universalitas mereka.

Gereja Katolik Timur, katanya, dapat “mengajarkan baik Gereja Katolik Latin maupun Gereja Ortodoks Timur untuk saling memahami dan menyadari betapa mereka memiliki karunia yang dapat disatukan demi kepenuhan Gereja untuk bernapas dengan kedua paru-parunya,” seperti yang dikatakan St. Johanes Paulus II.

Ortodoks Metropolitan Yunani, Job dari Pisidia, salah satu ketua Komisi Internasional Gabungan untuk Dialog Teologi di antara Gereja Katolik Roma dan Gereja Ortodoks, berbicara di konferensi tersebut tentang kesamaan dalam ajaran sosial Patriarkat Ekumenis Ortodoks Konstantinopel dan Gereja Katolik.

Melihat secara khusus ensiklik Paus Fransiskus tahun 2020 “Fratelli Tutti, tentang Persaudaraan dan Persahabatan Sosial,” dan dokumen patriarkat tahun 2020, “Demi  Kehidupan Dunia: Menuju Etos Sosial Gereja Ortodoks,” Metropolitan Job menyoroti keprihatinan bersama mereka mengenai “kebangkitan nasionalisme, kekerasan dan perang; potensi bahaya evolusi digital dan individualisme; isu migrasi; gagasan tentang hak asasi manusia dan ekonomi yang adil; dan perlunya dialog antaragama.”

Dalam “Fratelli Tutti,” katanya, Paus Fransiskus “menyesalkan kemunduran tertentu dalam dunia kontemporer kita di mana konflik kembali muncul akibat bangkitnya nasionalisme ekstremis dan agresif.”

Dengan cara serupa, “Demi Kehidupan Dunia” menunjukkan bahwa sejak tahun 1892, Dewan Ortodoks Konstantinopel mengecam “etnofiletisme, suatu bentuk subordinasi Ortodoksi terhadap identitas etnis dan kepentingan nasional.”

Mengingat posisi patriarkat ekumenis, seorang imam Ukraina di konferensi tersebut bertanya kepada Metropolitan Job tentang dukungan Gereja Ortodoks Rusia terhadap invasi Rusia ke Ukraina.

Baik dokumen kepausan maupun dokumen Ortodoks tahun 2020, jawab metropolitan tersebut, mengambil posisi “bahwa perang tidak dapat diterima berdasarkan Injil.”

“Sumber interpretasi yang diberikan oleh Patriark Kirill (Ortodoks Rusia) tentang perang di Ukraina diilhami oleh nasionalisme dan politik negara,” yang “tidak mencerminkan  semangat Injil,” katanya.

Kardinal Kurt Koch, ketua Dikasteri Mempromosikan Persatuan Umat Kristiani, mengatakan bahwa konferensi tersebut “merupakan tanda penting dari harapan dan kepercayaan di dunia saat ini, yang distigmatisasi oleh perang yang mengerikan, dan situasi ekumenis, yang sangat terpengaruh oleh perang ini.”

Sumber: Conference looks at role of eastern Catholics in ecumenism

 

Jangan lewatkan

Dapatkan info terbaru secara gratis lewat newsletter UCAN Indonesia disini

Podcasts
Donation
© UCAN Indonesia 2024. | Kontak | Tentang | Syarat dan Ketentuan | Privasi