UCAN China ucanews.com
UCAN Indonesia

Presiden kecam kaum “oportunis dan ekstremis”

April 2, 2013

Presiden kecam kaum “oportunis dan ekstremis”

 

Konflik komunal di Myanmar telah mencoreng citra negara itu, kata Presiden Thein Sein pada Minggu, menyusul gelombang kekerasan anti-Islam yang mendorong banyak orang mendesak pemerintah harus berbuat lebih banyak untuk mencegah kerusuhan tersebut.

Kerusuhan tampaknya telah menurun sejak Thein Sein memberikan pidato publik pada Kamis, yang berjanji untuk mengatasi konflik dengan kekerasan jika perlu. Dia mengaitkan serangan itu dengan “oportunis politik dan ekstremis agama.”

“Kejadian seperti ini sangat mencoreng martabat negara di mata internasional dan transisi demokrasi di negara itu bisa kurang stabil akibat konflik komunal tersebut,” ujarnya Minggu.

Namun, kemarinĀ Human Rights Watch (HRW) menyerukan pemerintah menyelidiki kegagalan polisi di Meikhtila, dimana kekerasan pecah pada 20 Maret, diduga setelah terjadi perselisihan antara pemilik toko Muslim dan pelanggan Buddha.

“Pemerintah harus bertanggung jawab atas kekerasan di Meikhtila dan kegagalan polisi untuk menghentikan pembunuhan dan pembakaran,” kata Brad Adams, direktur HRW Asia.

Media pemerintah melaporkan bahwa di 15 kota di Myanmar tengah mengakibatkan 43 tewas dan lebih dari 1.300 rumah dan bangunan hancur. Sekitar 120.000 orang mengungsi, demikian data yang dikumpulkan oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).

Gambar-gambar satelit dari HRW menunjukkan 828 bangunan, sebagian besar rumah, benar-benar hancur dan 35 bangunan lainnya rusak sebagian di Meikhtila.

Win Htein, pemimpin oposisi dari Meikhtila, mengatakan pemerintah harus berbuat lebih banyak mencegah kekerasan, dan dibutuhkan personil keamanan yang lebih terlatih.

Namun, ia menambahkan bahwa toko-toko telah dibuka kembali dan kelompok-kelompok bantuan telah membantu para korban yang mengungsi dari rumah-rumah mereka.

Myo Win, anggota Jaringan Muslim Myanmar di Yangon, mengatakan kepada ucanews.com pemerintah bertanggung jawab melindungi warganya.

“Pemerintah telah gagal memberikan rasa aman bagi minoritas seperti kami.”

Jumat lalu, pemerintah membantah keras terkait kerusuhan di negaranya setelah utusan HAM PBB Tomas Ojea Quintana mempertanyakan keengganan pasukan keamanan untuk mencegah para perusuh.

Dalam pidato radio Minggu malam, Presiden mengatakan beberapa anggota masyarakat telah melakukan pemmbunuhan dan pembakaran. Akibat kemarahan dan perbuatan mereka telah “mencoreng citra negara” itu di panggung internasional.

Sumber: President slams “opportunists and extremists”

 

Jangan lewatkan

Dapatkan info terbaru secara gratis lewat newsletter UCAN Indonesia disini

Podcasts
Donation
© UCAN Indonesia 2024. | Kontak | Tentang | Syarat dan Ketentuan | Privasi