UCAN China ucanews.com
UCAN Indonesia

Keamanan Para Ulama Ditingkatkan

Maret 7, 2018

Keamanan Para Ulama Ditingkatkan

Dalam foto ini, Densus 88 tengah melakukan penggerebekan di Surabaya pada 9 Desember 2017 ketika keamanan ditingkatkan menjelang Natal dan Tahun Baru. (Foto: Juni Kriswanto/AFP)

Keamanan para ulama ditingkatkan setelah seorang ustad dibunuh secara brutal ketika terjadi perampokan di rumahnya Februari lalu dan ketika ancaman pembunuhan terhadap ulama terus bermunculan.

Insiden terakhir terjadi Sabtu (3/3) ketika sebuah surat berisi ancaman pembunuhan terhadap 10 ulama diterima oleh seorang ustad di Depok, Jawa Barat.

Data polisi menyebutkan bahwa isu penyerangan terhadap ulama meningkat tahun ini.

Kapolri Jenderal Tito Karnavian mengatakan kepada pengurus Persatuan Tarbiyah Islamiyah di SMK Islam Perti di Jakarta Barat pada Minggu (4/3) bahwa sejauh ini ada 45 isu penyerangan terhadap ulama. Namun hanya tiga isu – satu di Jawa Timur dan dua di Jawa Barat – yang benar ada peristiwanya.

Menurutnya, para pelaku penyerangan sudah diamankan petugas. Dari hasil tes kejiwaan menunjukkan mereka mengalami gangguan jiwa.

Menanggapi ancaman pembunuhan, Kepala Badan Reserse Kriminal (Kabareskrim) Polri Komjen Pol. Ari Dono Sukmanto mengatakan kepada ucanews.com pada Senin (5/3) bahwa aparat kepolisian sudah dinstruksikan untuk meningkatkan keamanan bagi para ulama.

“Dalam kasus di Depok, kami tengah melakukan penyelidikan terkait siapa pengirim surat itu,” katanya.

“Kami akan menjamin para pemuka agama di Depok dan wilayah lain bahwa keamanan akan ditingkatkan,” lanjutnya.

Pertengahan Februari lalu, Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam Kementerian Agama mengeluarkan surat edaran kepada pengurus masjid dan mushola di seluruh Indonesia. Dalam surat edaran ini, mereka diimbau agar meningkatkan pengamanan masjid dan mushola dan mewasapadai orang yang tidak dikenal dan mencurigakan.

Kekhawatiran akan keamanan para ulama semakin meningkat tahun ini setelah Ustad Prawoto, komandan Operasional Brigade Pimpinan Pusat Persatuan Islam di Bandung, Jawa Barat, tewas setelah diserang di rumahnya pada Minggu (18/2) lalu.

Pada akhir Januari, Umar Basri, seorang kiai Nahdlatul Ulama (NU), mengalami luka parah setelah diserang di Mushola Al-Mufathalah di Kecamatan Cicalengka, Kabupaten Bandung.

Pada pertengahan Februari, seorang laki-laki menyerang Kiai Hakam Mubarok, pengasuh Pondok Pesantren di Karangasem, Kabupaten Lamongan, Jawa Timur, dan pengurus Pimpinan Daerah Muhammadiyah Kabupaten Lamongan.

Hoaks

Tito mengakui semua isu penyerangan terhadap ulama tersebut. Namun ia mengatakan sebagian besar melibatkan orang yang mengalami gangguan jiwa. Selain itu, isu ini telah digoreng sedemikian rupa di media sosial.

“Nah, di udara (dunia maya) ini dirangkai secara masif dan sistematis sehingga ramai di media sosial adanya penyerangan yang dengan mengkambinghitamkan kelompok tertentu,” katanya.

Ia menyebut Muslim Cyber Army sebagai salah satu kelompok yang berusaha menanamkan keresahan di kalangan masyarakat dengan memosting pesan-pesan provokatif di media sosial.

Wakil Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI) Zainut Tauhid Sa’adi mendesak aparat keamanan untuk menyelidiki semua isu penyerangan terhadap ulama itu.

“Baik jika polisi telah menemukan bahwa para pelakunya mengalami gangguan jiwa. Tapi pertanyaan yang perlu kita sampaikan adalah bagaimana mungkin orang yang mengalami gangguan jiwa bisa melakukan serangan yang hampir bersamaan dengan target yang sama?” tanyanya.

Yati Andiyani, koordinator Komisi untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan (KontraS), mengatakan kepada ucanews.com bahwa ancaman dan serangan perlu ditangani serius.

“Polisi hendaknya mampu memetakan pola dari kasus-kasus ini dan mencari siapa yang bertanggungjawab, idealnya sebelum Pilkada,” katanya.

 

Jangan lewatkan

Dapatkan info terbaru secara gratis lewat newsletter UCAN Indonesia disini

Podcasts
Donation
© UCAN Indonesia 2024. | Kontak | Tentang | Syarat dan Ketentuan | Privasi