UCAN China ucanews.com
UCAN Indonesia

Paroki di Keuskupan Atambua Canangkan Program Tanam kopi 

Januari 5, 2018

Paroki di Keuskupan Atambua Canangkan Program Tanam kopi 

Umat Paroki Hati Kudus Laktutus, Keuskupan Atambua sedang bersiap-siap menanam kopi di kebun milik paroki, sebagai tanda dimulainya program budidaya kopi di paroki tersebut.

Paroki Hati Kudus Laktutus di Keuskupan Atambua memberdayakan ekonomi umat dengan program budidaya tanaman komoditas kopi.

Pada Kamis, 4 Desember, paroki memulai program itu dengan menanam kopi di lahan contoh milik paroki seluas 6 hektar.

Kegiatan itu dihadiri Uskup Atambua, Mgr Dominikus Saku dan Bupati Belu, Willybrodus Lay.

Pastor Paroki Laktutus, Yohanes Kristoforus Tara OFM mengatakan, terdapat 30.000-an bibit yang sudah disiapkan sejak tahun lalu dan akan dibagikan kepada umat untuk ditanam di kebun masing-masing selama bulan ini.

“Mimpi besar kita, ke depan Laktutus bisa menjadi salah satu sentra penghasil kopi di Kabupaten Belu,” ujarnya.

Ia mengatakan, paroki menyadari bahwa “umat tak hanya perlu diberi santapan rohani, tetapi juga diberdayakan secara ekonomi.”

Menurut dia, program ini merupakan terjemahan lanjutan dari Arah Dasar Keuskupan Atambua dengan fokus peningkatan ekonomi umat, di mana umat diajak, dianimasi untuk mulai membangun kesadaran baru dalam meningkatkan ekonomi melalui budidaya tanaman jangka panjang.

“Kami menilai, kopi adalah salah satu yang pas untuk daerah ini,” katanya saat berbicara dengan ucanews.com.

Ia menjelaskan, program ini juga diharapkan mampu menjadi jalan untuk menghentikan arus umat yang memilih meninggalkan kampung mereka dan bekerja sebagai buruh migran di luar negeri, di mana banyak dari antara mereka yang menjadi korban kejahatan perdagangan manusia atau human trafficking.

Menurut Pastor Kristo, dari 3.000 umat Paroki Laktutus, sekitar 300 di antaranya saat ini bekerja di luar negeri dan sebagian lagi merantau menjadi buruh perkebunan kelapa sawit di Kalimantan.

“Selama ini umat kita hanya bergantung pada tanaman jangka pendek seperti jahe dan kacang-kacangan, sehingga tidak cukup untuk memenuhi kehidupan mereka. Karena itu, merantau menjadi jalan yang mereka pilih,” katanya.

Yoakim Taek, 32, salah satu umat mengatakan, ia antusias menyambut program ini dan sudah menyiapkan secara khusus lahan dua hektar untuk perkebunan kopi.

“Selama ini memang ada umat yang tanam kopi, tapi skalanya kecil. Program paroki, yang disertai pendampingan terhadap kami menjadi hal baru bagi kami,” kata ayah empat anak ini.

Ia mengakui, selama ini memang warga belum banyak melihat potensi yang bisa dikembangkan dari sektor pertanian.

“Tanaman komoditas yang umumnya dikembangkan di sini adalah kemiri. Tapi, hasilnya tidak seberapa,” katanya.

Dengan program ini, Pastor Kristo berharap, lima sampai sepuluh tahun ke depan, taraf hidup umat bisa berubah signifikan.

Ia menyadari, mimpi itu akan terlaksana, jika Gereja memberi pendampingan berkelanjutan.

“Yang jelas, kami berkomitmen memfokuskan perhatian pada sektor ekonomi ini,” katanya.

Ia menambahkan, Gereja juga tidak bisa menyelesaikan sendiri mimpi besar ini. Karena itu, baik Keuskupan maupun Paroki, menjadikan pemerintah setempat sebagai mitra kerja.

Ia mengatakan, sejauh ini ada titik terang. “Bupati Belu amat antusias mendukung dan mengintervensi program-progam Gereja yang berkaitan dengan peningkatan ekonomi dan lingkungan hidup,” katanya.

Misalnya, kata dia, tahun ini ada tiga paroki yang mendapat dana hibah dari Pemda untuk pembangunan Gereja.

“Tetapi sebagai kompensasinya, Gereja mesti melakukan sejumlah kegiatan pelestarian lingkungan hidup seperti reboisasi lahan kritis atau peningkatan ekonomi, termasuk salah satunya adalah program budidaya kopi,” katanya.

 

Jangan lewatkan

Dapatkan info terbaru secara gratis lewat newsletter UCAN Indonesia disini

Podcasts
Donation
© UCAN Indonesia 2024. | Kontak | Tentang | Syarat dan Ketentuan | Privasi